"Jangan digaruk bekas gigitan nyamuknya nanti tambah parah," adalah kalimat yang sudah sangat akrab di telinga saya sejak kecil karena satu atau dua bentol merah bekas gigitan nyamuk di kulit saya bisa menimbulkan masalah kesehatan kulit yang cukup serius. Bahkan beberapa kali saya harus bolak-balik ke dokter karena urusan gigitan nyamuk ini karena menimbulkan efek yang cukup serius selain gatal di kulit saya. Kondisi ini mau tidak mau membuat ibu saya dahulu lebih ekstra waspada terutama pada musim-musim tertentu ketika populasi nyamuk meningkat. Bersih-bersih rumah kerap dilakukan untuk meminimalisir berkembang biaknya nyamuk di sekeliling rumah saya, barang-barang yang berpotensi menjadi sarang nyamuk disingkirkan atau di buang dan obat untuk membasmi nyamuk merupakan benda yang wajib tersedia di rumah. Selain langkah tersebut, sejak kecil ibu membiasakan saya untuk memakai baju lengan panjang dan celana panjang terutama saat tidur di malam hari untuk menghindari gigitan nyamuk. Beruntung meskipun kerap memakai baju lengan panjang dan celana panjang, saya tidak merasa kegerahan karena kota yang saya tinggali ketika kecil dahulu berhawa sejuk dan cenderung dingin ketika malam hari, jadi memakai pakaian panjang membuat saya lebih hangat. Saat berusia belasan, kondisi tersebut kerap membuat saya kurang percaya diri, terutama jika bekas gigitan nyamuk berubah menjadi luka atau koreng dan itu tidak hanya satu luka karena jika sedang kambuh lukanya bisa menyebar dengan jumlah yang lumayan banyak karena infeksi. Yah...namanya juga digigit nyamuk, pasti bentolnya sangat gatal dan tanpa sadar saya sering mengaruk bentol tersebut.
KEMBALI KE ARTIKEL