Judul Buku : Ketika Dosa tak dirasa Yang Kecil pun Bisa Menjadi Besar Penulis : Dr. Aam Amiruddin, M.Si. dan Redaksi MaPI Penerbit : Khazanah Intelektual Cetakan : I, September 2011 Harga : Rp. 25.000,- Sebagai manusia yang hidup di tengah-tengah masyarakat, sering kita dengan sadar maupun tidak sadar sedang melakukan perbuatan dosa. Bahkan kebanyakan kita tidak pernah menyadari bahwa apa yang dilakukan itulah sebenarnya adalah perbuatan dosa. Misalnya, pagi-pagi pada saat kita akan memulai pekerjaan, kita membicarakan keburukan aratasan, rekan kerja kita, ataupun menambahkan gosip yang sedang panas di tempat kerja. Contoh lain, dengan mengatasnamakan jabatan/perusahaan kita menggunakannya untuk kepentingan pribadi. Atau kita sering menolak perintah orang tua kita dengan jawaban “ah!”. Semuanya itu kelihatan kecil dan mungkin biasa. Padahal bisa jadi apa yang dilakukan oleh kita adalah perbuatan dosa tetapi tidak dirasakan. Dalam buku terbarunya yang berjudul Ketika Dosa tak dirasa, Yang Kecil pun Bisa Menjadi Besar, Ustad Aam Amiruddin bekerja sama dengan Redaksi MaPI (Majalah Percikan Iman) membahas tuntas masalah ini. Dosa yang tidak dirasa tidak selalu identik dengan dosa kecil. Boleh jadi, jika kita lihat fenomena yang ada, dosa besar sekalipun tidak sedikit dianggap biasa dan tidak lagi dirasa sebagai dosa karena saking seringnya dilakukan (halaman 14). Sepenggal kalimat ini seakan menegaskan bahwa tindakan korupsi, kolusi, manipulasi yang banyak dilakukan oleh pejabat pemerintah, anggota dewan, pengusaha sudah tidak dirasakan lagi sebagai dosa. Padahal perbuatan tersebut sangat jelas merugikan seluruh rakyat Indonesia. Lebih lanjut buku setebal 122 halaman ini mencontohkan dosa-dosa yang tidak dirasa serperti berbohong, berkata “Ah!” kepada orang tua, menyalahgunakan jabatan, ghibah, mengadu domba, su’udzon, mempercayai ramalan, dan menyembunyikan aib barang dalam transaksi. Buku ini dengan bahasa yang mudah dicerna menjelaskan akibat yang akan ditimbulkan serta bagaimana cara-cara menghindari perbuatan-perbuatan dosa yang mungkin tidak kita rasakan. Bab berikutnya dalam buku kecil ini menjelaskan beberapa ibadah yang mampu membersihkan diri dari perbuatan dosa. Hal ini sebagaimana disabdakan Rasullullah SAW,
“Setiap anak adam senantiasa berbuat salah, dan sebaik-baiknya orang yang berbuat salah adalah yang senantiasa bertobat.” (H.R. Tirmidzi). Terakhir buku ini mengajak kita agar senantisa menjaga spiritualitas. Hal ini sangat perlu diperhatikan, karena sebagai manusia kita tidak akan pernah luput dari dosa. Ibarat pepatah lebih baik mencegah sebelum terlanjur lebih jauh ke kubangan dosa. Buku ini sangat baik untuk dibaca bagi kita sebagai bahan renungan maupun introspeksi terhadap segala perbuatan yang setiap hari kita lakukan. Bukan tidak mungkin perbuatan kita sehari-hari yang kita rasakan bukan sebuah perbuatan dosa ternyata merupakan sebuah dosa. Mungkin dosa yang kita lakukan termasuk dosa kecil tetapi apabila kita biarkan begitu saja bisa jadi apa yang kita lakukan itu akan menjadi sebuah dosa besar. Lebih baik kita introspeksi diri saja. Terkahir ada sedikit ganjalan di bagian akhir buku ini, halaman 119 memaparkan kesimpulan “Itulah sepuluh jurus latihan yang bisa kita lakukan agar memiliki spiritualitas yang kokoh saat melaksanakan haji dan umrah.” Padahal di awal pembahasan dijelaskan mengenai amalan-amalan yang dapat dilakukan untuk menjaga spiritualitas, khususnya dari perbuatan dosa yang tidak dirasa. Namun secara umum buku sederhana ini layak dibaca karena dapat dijadikan amal jariah dan menjadi nasihat dan wasiat sebagaimana diharapkan oleh penulis.
KEMBALI KE ARTIKEL