Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Bahagia Versi Kami

27 November 2020   22:38 Diperbarui: 27 November 2020   22:57 94 9
Banyak orang yang mengatakan bahwa jatuh cinta itu tidak perlu sebab. Jatuh cinta tidak perlu logika apalagi rumus matematika. Jatuh cinta cukup dirasakan dan semua akan berjalan apa adanya.

Menurutku, pandangan itu terkesan sangat pasif. Kita seolah menjadi objek dari cinta itu sendiri. Padahal, seharusnya  kitalah yang  harus bisa menjaga dan mengendalikan cinta. Kita adalah pelaku cinta dan bukan objek cinta.

Menurut Eric From dalam buku To Have or To Be, cinta itu tidak datang secara tiba-tiba. Cinta itu bisa diupayakn dan dipelajari. Maka, jadilah pencinta yang aktif, sehingga yang terjadi bukan jatuh cinta ( falling in love), tetapi membangun cinta (standing of love).

Sebagai manusia dewasa, kita tentu sadar bahwa cinta perlu dibentuk dan dijaga. Apalagi dalam hubungan suami istri, cinta yang apa adanya, cinta yang berjalan dengan sendirinya, tidaklah cukup untuk mempertahankan biduk rumah tangga.

Dalam perjalanan rumah tangga, kita akan menemui banyak kendala, masalah, tantangan, cobaan, dan juga godaan. Masalah rumah tangga bukan saja hal-hal yang dianggap buruk, seperti sakit, krisis finansial, dan lain-lain. Akan tetapi, nikmat-nikmat yang menyenangkan pun bisa jadi adalah cobaan dalam rumah tangga.

Saat suami berada pada karir yang sangat baik, kondisi keuangan yang berlebih, prestasi anak yang sangat gemilang, bisnis yang maju pesat, jika tidak  disikapi dengan baik, bisa menjadi bumerang dalam rumah tangga.

Dibutuhkan kekuatan dan kesamaan pola pikir dari kedua pasangan. Cinta seadanya yang kita miliki, bisa jadi tidak cukup kuat untuk membentengi, menahan, dan menyeimbangkan semua permasalahan itu.

Diperlukan cinta sejati, kuat, dan aktif untuk bisa memprtahankan dan mengembangkan kehidupan berumahtangga ke arah yang lebih baik dan kuat.

Cinta seperti ini bisa memberikan dorongan dan kekuatan yang dasyat. Orang yang memiliki cinta tipe ini, niscaya hidupnya akan bahagia, penuh warna, optimis, semangat, menerima, tidak mengeluh, tidak malas, tidak marah, tidak murung, dan tidak akan putus asa.

Setelah 24 tahun mengarungi lautan rumah tangga, deburan air, ombak, bahkan tsunami rumah tangga telah aku jalani. Jika cinta yang kumiliki tidak kuat dan murni, entahlah, apa yang telah terjadi dengan sejarah rumah tangga kami.

Beruntung sekali, dulu orang tuaku mengajarkan banyak nilai-nilai Islam melalui pola pendidikan dan pengasuhan mereka. Agama meruapakan landasan terkuat untuk menjaga dan merawat cinta pasangan.

Aku dan suamiku bukan tipe  romantis. Kami berinteraksi secara sederhana. Namun, kesederhanaan ini tidak mengurangi kenyamanan hati kami masing-masing.  Sejak awal pernikahan, kami sudah paham dengan hal itu.

Untuk menjaga cinta suami, aku harus membuat strategi dan mencari rumus sendiri. Mempertahankan cinta, bukan bermakna kita ingin mendominasi hidupnya, atau kita takut bersaing dengan wanita lain. Akan tetapi, saingan non-fisik atau immaterial yang justru kukhawatirkan.

Lalu, bagaimana caraku menjaga agar suami tetap dan makin cinta dari hari ke hari, tak hanya dulu saat sebelum menikah, tapi setelah menikah dan bahkan selamanya.

1. Knowlegde (pengetahuan)Jika Anda menyebut diri sebagai pencinta sejati, maka Anda harus tahu dan pasti sangat ingin tahu semua seluk beluk tentang yang Anda cintai.

Begitu pun dengan pasangan kita. seorang istri, harus semaksimal mungkin berusaha mencari tahu segala sesuatu tentang suaminya. Apa hal-hal yang membuatnya senang? Apa yang membuatnya marah? Bagaimana suami ingin diperlakukan? Dan lain-lain hal yang tentulah sangat banyak.

Berapa lama kita bisa mengetahui semua karakter dan seluk beluk suami? Jawabannya sangat relatif. Bisa cepat bisa juga lama atau bisa jadi, sampai kita tua pun, kita tidak bisa memahami pasangan kita secara menyeluruh. Mengapa? Karena manusia itu makhluk dinamis dan berkembang.

Apa yang disukai dulu, sebelum menikah, bisa jadi berubah setelah menikah. Hal-hal yang dulu tidak disukai, mungkin juga malah menjadi hobby setelah menikah. Tidak ada yang tidak berubah. Karena perubahan adalah sunnatullah.

Untuk itu, perlu dibangun komunikasi dua arah yang baik dan sehat. Komunikasikan semua permasalahan rumah tangga, bahkan sebelum masalah itu  muncul.

2. Care ( peduli)
Pencinta sejati, dia akan peduli pada yang dicintainya. Rasa peduli ini kemudian menjelma menjadi empati, dan bermuara ke dalam rasa simpati.

Jika seorang istri mengaku mencintai suami , maka dia harus peduli dengan apa yang terjadi pada suaminya. Rasa peduli ini kemudian akan mendorongnya untuk mengambil aksi dan tindakan yang nyata, supaya suami yang kita cintai bisa bekerja, beribadah, dan bermasyarakat dengan maksimal dengan sehat.

Kepedulian seorang istri bisa dimulai dari diri sendiri. Istri harus bisa menjadi pemandangan yang menarik bagi suami di mana pun dan kapan pun. Dia harus bisa menjaga penampilannya baik secara fisik maupun non fisik. Standardnya bisa kita tanyakan langsung pada pasangan kita. Jadi, bukan menjadi istri yang menarik di mata orang lain. Ukuran menariknya adalah menurut suami.

Saat ini, sungguh terbalik. Seorang istri, jika akan bepergian, dia akan berdandan semaksimal mungkin, tetapi saat di rumah, dia hanya mengenakan daster lusuh dan kusam.
 
Setelah peduli dengan penampilan diri sendiri, seorang istri pun harus peduli pada suami. Mendengarkan semua keluh-kesah suami dengan sabar, memahami saat suami berada pada posisi sulit, dan lain sebagainya.

Intinya, istri harus memerdulikan semua aktivitas dapur, sumur, dan kasur yang berhubungan dengan suami. Hal-hal yang berbeda, tentu dapat dibicarakan dengan baik. Dengan komunikasi, semua akan bisa diatasi.

Istri juga harus peduli terhadap semua kebutuhan anak. Mendidik anak adalah kewajiban orang tua, bukan guru atau orang lain. Istri yang shalihah, harus bisa memperhatiakn seluruh hal yang berkaitan dengan anak-anak. Tentu kerja sama antara suami, istri, dan anak-anak sendiri perlu dibangun dengan solid.

3. Respect (menghargai)
Pencinta sejati tidak akan merendahkan, meremehkan, mengecilkan, menghina, apalagi menghancurkan.

Pencinta sejati adalah orang-orang yang tetap hormat dan menghargai yang dicintainya, seburuk apa pun kondisinya.

Hal-hal yang dilihat negatif oleh orang lain, akan dia pandang sebagai sesuatu yang perlu diapresiasi dan diperbaiki. Maka bukan keburukan yang akan muncul, tetapi perbaikan dan peningkatan yang semakin teratur.

Pencinta sejati akan menjadikan semua aset yang dimiliki oleh yang dicintainya sebagai sesuatu yang berharga, berdaya guna, bermakna, dan bermanfaat, baik bagi dirinya maupun bagi sebanyak-banyak manusia.

Istri yang baik, akan fokus melihat kebaikan suami dan menerima semua kekurangan suami. Mampu menguatkan seluruh kebaikan suami sehingga menjadi kekuatan dan aset keluarga.

Istri tidak boleh  membesar-besarkan masalah, harus mampu mendorong suami agar bisa maksimal dalam beribadah dan bekerja.

Bentuk respek lain dari seorang istri adalah memuliakan suami, baik saat di rumah atau di tengah khalayak ramai.

Di zaman modern saat ini, banyak pasangan suami istri yang bekerja. Bahkan dalam beberapa kasus, penghasilan, kedudukan, pangkat, jabatan, karir, relasi, dan gelar kesarjanaan istri   justru lebih dari pada suami.

Istri dalam kondisi  seperti ini harus bisa memainkan perannya secara ekstra. Karena, bisa jadi suasana jiwa suami akan sedikit tertekan dan minder. Jika istri terlalu mandiri dan dominan, bisa jadi badai besar melanda rumah tangga.

Membuat perasaan suami tetap nyaman dengan perbedaan tersebut, merumuskan pengelolaan keuangan yang baik, memberi dukungan moril pada suami, dan sehatnya komunikasi, akan sangat membantu di saat situasi kurang ideal.

4. Responsible (tanggung jawab)
Pencinta sejati akan bertanggungjawab terhadap yang dicintainya. Dia akan mendorongnya secara positif, memberikan dukungan dan jikalah perlu, dia akan berkorban dengan segenap jiwanya.

Pencinta sejati tidak perlu bermanis kata dan mengumbar rasa. Dia akan bereaksi secepat kilat jika terjadi hal-hal yang membuat yang dicintainya tidak nyaman.

Pencinta sejati, ia akan menjadi orang yang kreatif, inovatif, untuk mengembangkan semua kemampuan yang dimiliki oleh orang yang dicintainya. Mendukungnya, dan memaksimalkan segala usaha untuk kesuksesannya.

Sebagai seorang istri, tanggung jawabku sangat banyak. Aku harus memastikan jika suamiku mendapatkan semua haknya. Dari hal-hal besar sampai yang sepele sekalipun.

Contoh simpel, karena suamiku memiliki masalah dengan lambung, aku harus membuat jamu kunyit pada pagi dan malam menjelang tidur. Maka, dalam kondisi apa pun, aku berusaha menyiapkannya. Aku harus memastikan kalau suamiku bisa nyaman saat bekerja.

Selain tanggung jawabku pada suami, tanggungjawab terhadap pengasuhan anak-anak pun tak boleh luput dariku. Meskipun begitu, suamiku tidak melepaskan tanggung jawabnya dalam hal ini. Kami bahu membahu mengasuh dan mendidik anak-anak. Mereka perlu mendapatkan contoh sosok ayah yang tangguh.

Tugas tambahanku sebagai kepala madrasah, tak boleh mengesampingkan tanggung jawab utamaku sebagai istri dan ibu. Memiliki tiga tanggung jawab besar, sering kali menuntut kesabaran dan pengorbanan yang luar biasa. Kondisi fisik harus luar biasa ekstra sehat dan sigap. Sebisa mungkin, ketiganya tidak ada yang kuabaikan.

Alhamdulillaah, suamiku sangat paham dengan kondisiku. Dengan jalinan komunikasi yang lancar, masalah-masalah bisa terselesaikan dengan baik.

Maka, sebagai istri, jadilah pencinta sejati dengan memperbanyak aksi pada pasangan kita. Tetap menjaga kenyamanan hati masing-masing, agar cinta terus terjaga bahkan tumbuh semakin kuat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun