Gara2 sidang MKD disiarkan secara terbuka di televisi nasional, barulah masyarakat heboh. Bagaimana sebenarnya pola pikir orang-orang yang memangku jabatan sebagai wakil rakyat. Beberapa menilai pertanyaan-pertanyaan yang diajukan "Yang Terhormat" anggota Majelis Kehormatan Dewan mengada-ada, lucu, konyol, atau bahkan dianggap bodoh. Bahkan akhirnya jadi trending topik beberapa saat karena banyak beredar Meme-meme yang menyindir sidang tersebut.
Tiba-tiba saya jadi berpikir. Bagaimana sih orang2 itu bisa sampai menduduki posisi yang begitu penting di negeri ini? Sepertinya ada yang salah deh. Sebagai orang awam, jika saya bayangkan sedang menduduki jabatan dan peran yang sama, jangan2 akan mengajukan pertanyaan yang sama. Tapi saya kan orang awam, sedangkan mereka adalah anggota Dewan Yang Terhormat. Emang di negeri ini tidak ada orang yang lebih bermutu dari itu?
Aku flashback ke dalam otakku yg terbatas -setahuku- mereka adalah hasil dari pemilu. Artinya mereka ada karena hasil dari sebuah pilihan rakyat. Nah.. Apa tidak jadi blunder bagi rakyat-rakyat yang sekarang sedangĀ bergirang menertawakan kekonyolan jalannya sidang MKD tersebut?
Lha waktu milih dulu apa sudah dilakukan dengan serius, dengan segenap kemampuan, pikiran, akal, dan budi, jiwa dan raga? Atau hanya sekedar nyoblos? Toh gak ngefek juga sama gua mau milih mana? Orang yang disodorkan juga kagak ada yang kenal. Boro2 menelusuri rekam jejaknya, mau dateng ke TPS (tempat pemilihan suara) dan nyobloos aja udah bagus. Begitu kira2 gambaran sikap rakyat Indonesia secara umum menurut pandangan saya.
Lalu siapa sebenarnya yang layak untuk dipersalahkan?
Rakyat yang tidak perduli dengan hasil pemilu, orang2 kompeten yang tidak mau terlibat urusan politik, atau sistem yang masih perlu pembenahan?
Coba kita selisik satu persatu. Data komposisi rakyat Indonesia yang tersiar di mbah google tahun 2010, komposisi penduduk Indonesia menunjukkan bahwa sebagian besar penduduk Indonesia berpendidikan SD/MI/Sederajat.