Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Jalan Hemat ke Jepang: Pengalaman Keliling Tokyo 7 Hari, Rp 12 Juta (Sudah Termasuk Tiket Pesawat, Penginapan, Makan Halal, Transportasi dan Belanja Suvenir)

5 Februari 2015   22:21 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:46 10843 0
Oleh: Elie Mulyadi Apakah jalan-jalan keliling Tokyo itu mahal? Sebetulnya tergantung tujuan kita dan dana yang kita anggarkan. Mau mahal bisa, mau hemat pun bisa. Saya termasuk membuat anggaran yang superhemat untuk keliling Tokyo selama 7 hari ini. Hanya dengan biaya Rp 12 jutaan, sudah termasuk semuanya, mulai dari tiket pesawat, penginapan, makanan halal, transportasi selama di Tokyo, serta belanja oleh-oleh buat dibawa pulang. Dengan catatan bahwa perjalanan ini dilakukan seorang diri, memilih penginapan yang termurah, dan hanya mengunjungi tempat-tempat gratis saja (yang tidak memerlukan tiket masuk). Ada begitu banyak tempat eksotis dan populer di Tokyo yang bisa dinikmati secara gratis. Waktu 7 hari sebetulnya terlalu singkat untuk mengunjungi tempat-tempat menarik ini, namun cukuplah untuk sekedar mengenal beberapa landmark ibukota negeri Sakura ini. Sebelum membahas tentang catatan perjalanan saya beserta tempat-tempat yang saya kunjungi, berikut adalah rincian biaya perjalanan saya ke Tokyo pada tanggal 22-30 Januari 2015. RINCIAN BIAYA: 1. Tiket pesawat Air Asia rute Jakarta-Kuala Lumpur-Tokyo, pp Rp 6.455.000 2. Penginapan sederhana, single/twin bed, 5D4N* Rp 2.912.000 (*sisa malam nginep di mesjid Asakusa dan di bandara) 3. Transportasi selama di Tokyo Rp 894.400, dengan rincian sbb: - Naik kereta NEX dari bandara ke penginapan, pp, lagi harga diskon 50% (2x1500 yen* = 3000 yen = Rp 312.000) - Naik kereta selama 7 hari @ 2 x pp (7x4x170***yen = 4760 yen = Rp 495.040) - Naik bus selama 2 hari pp Rp 894.400 (4x210 yen = 840 yen = Rp 87.360) 4. Makan halal selama 7 hari Rp 1.201.200, dengan rincian sbb: - Sarapan roti dari 7-eleven 7x150 yen = 1050 yen = Rp 109.200 - Makan siang di resto halal 7x1000 yen = 7000 yen = Rp 728.000 - Makan malam (kebab) 7x500 yen = 3500 yen  = Rp 364.000 (bisa diganti dgn mie instan dg harga cuma 1/3nya) 6. Belanja suvenir murah (dari Don Quijote + Daiso) Rp 1.000.000 TOTAL BIAYA PERJALANAN Rp 12.462.600 Ket: **1 yen = Rp 104, ***harga tiket kereta antara 160-220 yen tergantung rute. PERSIAPAN Sebagai orang yang baru mau pertama kali ke negeri Sakura, tentu sebelum berangkat harus melakukan beberapa persiapan. Berikut hal2 yang saya persiapkan: 1. Tiket pesawat Untuk perjalanan ke Tokyo, saya booking tiket pesawat secara online di www.AirAsia.com . Bayarnya pakai kartu kredit. Bisa juga pakai kartu debit BCA, lebih murah karena tidak kena biaya proses kartu kredit. Pesanlah tiket jauh-jauh hari agar dapat tiket promo. Untuk tiket pp Jakarta-Kuala Lumpur-Tokyo saya mendapat harga Rp 6 jutaan. 2. Penginapan Sebetulnya saya ke Tokyo untuk menjenguk sahabat semasa kuliah di Shanghai, China. Tapi karena tidak mau menumpang dan merepotkan tinggal di rumahnya, maka saya pun booking hotel via internet. Karena niatnya cuma jalan-jalan, maka saya cari hotel yang tarifnya paling murah dan lokasinya strategis alias tidak jauh dari pusat kota. Saya pun mencari di www.booking.com dan dapatlah Yodoya Guesthouse di daerah Nakano yang tidak jauh dari distrik Shinjuku yang terkenal dengan cahaya malamnya. Kebetulan saya berangkat pas musim dingin di mana di Shinjuku dan beberapa distrik lain di Tokyo akan gemerlap oleh cahaya lampu alias winter illumination yang sangat indah untuk difoto. Oya Yodoya Guesthouse itu penginapan yang murah, jadi tempatnya pun incredibly small alias sangaaaaaat keciil. Lorong2 dibuat hampir pas badan aja, kamarnya juga sempit banget. Tapi gapapa, yang penting kan jalan-jalannya, toh penginapan fungsinya cuma untuk menginap. Dan lokasinya strategis, dekat dengan stasiun kereta dan terminal bis Nakano, tinggal jalan kaki 5 menit. Juga di depannya ada 7-Eleven tempat kita beli roti, mi instan, dan kebutuhan lain termasuk ambil uang via ATM. Selengkapnya tentang Yodoya Guesthouse silakan klik disini. 3. Paspor dan visa Seperti biasa kalau mau jalan ke luar negeri kita harus punya paspor. Bagi yang sudah punya e-paspor, untuk ke Jepang sekarang tidak perlu mengurus visa. Tapi bagi yang paspornya masih biasa seperti saya, harus urus visa. Biaya pengurusannya Rp 310.000,. Dilakukan di kedutaan Jepang (silakan digoogle saja alamatnya). Kemudian ketika mengurus paspor, kita harus menyiapkan beberapa berkas. Apa saja berkasnya? Yang pasti harus ada bukti pembelian tiket pesawat dan booking hotel, serta bukti rekening tabungan. Bagi PNS tidak perlu memberikan rekening tabungan, cukup slip gaji aja. Untuk lengkapnya, silakan langsung aja klik disini ya. Kalau disetujui sama kedutaan, visa pun bisa selesai dalam 5 hari kerja. Sip kan? 4. Pakaian dan perlengkapan Tokyo ada 4 musim: panas, dingin, semi, dan gugur. Saya berangkat di bulan Januari yang bertepatan dengan musim dingin, jadi harus bawa jaket tebal, kaos kaki dan kaos tangan tebal. Juga beberapa perlengkapan lain seperti lip gloss untuk mencegah bibir pecah, juga obat-obatan (vitamin C dan minyak angin atau minyak kayu putih, wajib dibawa). Jangan lupa bawa buku bacaan atau earphone supaya bisa nyetel musik untuk mengusir bosan karena perjalanan pesawat totalnya mencapai 9 jam (tidak termasuk transit time). 5. Makanan pengganjal perut Karena perjalanan panjang, sebaiknya bawa makanan. Misalnya mie instan (lumayan buat menghemat karena di Tokyo makanan serba mahal, mie instan cup disana paling murah 130 yen alias Rp 14 ribu). Juga cari makanan halal di sana tidak segampang di Indonesia. Siasat saya adalah bawa kurma, yang mengandung energi tinggi sehingga kuat melakukan perjalanan selama di Tokyo yang kebanyakan jalan kaki. Nah sudah siap semua? Let's go to Tokyo!!!! DAY 0: 22 JANUARI --- DARI JAKARTA MENUJU TOKYO Hari itu Kamis, 22 Januari 2015. Saya berangkat dari bandara Cengkareng pukul 13:35 dan tiba di bandara Kuala Lumpur (KLIA2) pukul 16:35 waktu setempat ( waktu Malaysia satu jam lebih cepat dari Indonesia, sehingga penerbangan ini durasinya 2 jam). Saya menunggu penerbangan berikutnya menuju Tokyo. Berangkat dari KLIA2 pukul 00:45 waktu Malaysia dan tiba di Tokyo pukul 08:45 waktu setempat (waktu Tokyo 1 jam lebih cepat dari Malaysia, sehingga durasi penerbangan 7 jam). Jadi total waktu penerbangan dari Jakarta Tokyo adalah 7 jam, bila tanpa memperhitungkan lamanya transit di Kuala Lumpur. Begitu sampai di bandara Narita, saya segera mencari tiket kereta. Karena baru pertama kali ke Tokyo, saya pun bertanya ke bagian informasi, mereka bisa bahasa Inggris. Iseng lihat-lihat brosur di bagian informasi, eh dapat kabar bahwa hari itu  NEX lagi ada promo 50% bagi turis asing, jadi tarif kereta JR railway yang biasanya 3000 yuan, sekarang cuma harus membayar 1500 yen. Tanpa pikir lagi langsung dibeli saja. Belinya di konter JR berupa kios kecil, kita diminta menunjukkan paspor dan mengisi data lalu membayar. Setelah itu menunggu kereta di tempat yang ditunjuk oleh petugas. Yaitu turun 2 kali melalui eskalator, menunggu kereta nomor 12 yang akan berangkat pukul 9:48. Stasiun yang saya tuju adalah Shinjuku, karena paling dekat dengan guesthouse tempat saya akan menginap. Saya pun berdiri di jalur nomor 8, anti bersama beberapa penumpang lain yang cuma 5 orang pagi itu. Ternyata jadwal keberangkata kereta sangat tepat waktu, tidak telat bahkan cuma semenit. Kesan pertama di Tokyo adalah 'they are very punctual'. Masuk gerbong kereta, langsung ada loker untuk menyimpan koper. Kita bisa menguncinya dengan memakai pasword angka yang kita inginkan. Lalu mencari tempat duduk sesuai nomor yang tertera di karcis. Tempat duduknya nyaman, tidak dirancang berhadapan seperti kereta commuter line jabotabek, melainkan membentuk barisan. Di bagian atas ada TV layar lebar yang memberikan informasi cuaca. Hari itu Tokyo 12 derajat, namun langit cerah. Sepanjang perjalanan saya menikmati view Tokyo di musim dingin, rerumputan kering berwarna kecoklatan, pohon-pohon sakura gundul tak berbunga, berjajar di antara gedung-gedung tinggi. Setelah melewati beberapa stasiun besar seperti Tokyo, Shinagawa, dan Shibuya, tibalah kereta tiba di stasiun Shinjuku pada pukul 11:12. Jadi perjalanan dari bandara Narita hanya sekitar 1,5 jam. Tokyo, here I come! Dari Shinjuku nyambung ke kereta jurusan Nakano, lihat papan petunjuk atau nanya aja ke petugas pakai bahasa Inggris, mereka ngerti. Naik kereta ini tidak usah bayar lagi. Cuma 4 menit saya pun tiba di stasiun Nakano.  Ketika tiba, karcis saya hilang, jadi pas di pintu keluar terpaksa dikenai denda sama petugas sebesar 160 yen. Wah, lumayan juga tuh 16 ribu perak melayang, jangan sampai deh! Kemudian mencari penginapan. Saya sudah punya print out peta penginapannya, jadi tinggal mengikuti saja, akhirnya sampai juga. Petugas penginapan meminta saya mengisi formulir dan menyerahkan paspor, lalu membayar uang dalam bentuk yen plus deposit 2000 yen yang nanti bisa diambil kembali kalau mau check out sekalian ngasih kunci kamar. Petugasnya sangat ramah dan menanyakan rencana saya hari itu. Saya bertanya padanya, "Ini tempat2 yang mau saya kunjungi selama di Tokyo, kira2 hari ini enaknya kemana dulu ya?" Dia pun memberikan saran, sekaligus arahan tentang rute yang harus saya tempuh. Dia juga ngasih buku panduan wisata Tokyo yang berisi peta dan tempat2 yang layak dikunjungi di ibukota negeri Sakura ini. Wah sangat helpful banget si mbaknya. Bahasa inggrisnya pun gampang dimengerti, maklum sesama orang Asia. DAY 1: 23 JANUARI --- ASAKUSA Jadi hari itu juga setelah mengurus formulir penginapan dan memasukkan koper ke kamar, saya langsung menuju distrik Asakusa sesuai saran si mbak penunggu hotel. Tujuan saya adalah Sensoji Temple, Sumida River, dan Tokyo Skytree Tower. 1. Sensoji Temple Dari stasiun Nakano, saya naik kereta menuju stasiun Nihombashi, lalu ganti line (ginza line) ke arah Asakusa. (Pelajari line-line ini di peta, dilihat berdasarkan warnanya, misalnya Ginza line warna oranye). Tiket kereta harus dibayar di mesin tiket, harganya 240 yen. Info ini saya peroleh setelah nanya ke petugas stasiun. Jadi biar nggak tersesat, mau kemanapun saya selalu nanya dulu ke petugas berseragam yang selalu ada di setiap stasiun. Termasuk ketika beli tiket kereta pakai mesin pun saya minta dikasih tahu caranya. So, tips pertama untuk survive di Tokyo bagi pemula adalah: SELALU BERTANYA! Mereka ramah-ramah kok dan bisa bahasa inggris. Tiba di stasiun Asakusa, saya langsung cari Sensoji Temple yang terkenal itu. Tanya aja ke orang2, jaraknya sangat dekat kok tinggal jalan kaki satu menit udah kelihatan bangunan kuilnya. Hari itu Jumat, jadi kuil sedang rame banget pengunjung. Sebab Sensoji Temple tidak hanya berupa kuil tempat ibadah, namun juga menyatu dengan tempat belanja oleh2 khas Jepang yang sangat ramai, namanya Asakusa Nakamise Shopping Street. 2. Sumida River Letaknya tidak terlalu jauh dari Sensoji Temple, jalan kaki aja mengikuti papan petunjung. Sekitar 10 menit jalan kaki tibalah di sungai berair jernih. Tidak ada apa2 di situ, hanya saja kita bisa melihat pemandangan Skytree Tower yang menjulang. Menara ini tertinggi di dunia lho sebelum dikalahkan oleh gedung Burz Khalifa di Dubai. Di sekitar situ ada taman sakura, namun karena musim dingin maka tidak ada bunganya. Ada juga kapal cruise yang bisa dinaiki, namun harus bayar, jadi bukan pilihan buat saya yang ingin gratisan hehehe. Foto2 di tepi sungai dengan pemandangan Skytree tower sangat menarik juga. Ini fotonya: 3. Tokyo Skytree Tower Puas berfoto saya pun berjalan kaki sekitar 15 menit menuju menara Tokto Skytree. Menara ini berisi toko-toko dan restoran-restoran. Tokyo Solamachi adalah gedung yang merupakan kaki menara, berisi akuarium, planetariun, ruangan2 kantor dan sebagainya. Saya menghabiskan sore dengan berputar2 saja di sana, cukup menyenangkan cucimata di gedung yang menyerupai shopping mall ini. Ada toko yang menjual produk2 kreatif yang berkaitan dengan Tokyo Skytree, dari mulai gantungan kunci, miniatur, kartu2, sampai makanan dan permen dibentuk seperti menara ini. Nah menjelang malam, saya naik ke lantai 6, cari rumah makan. Ada restoran India yang menyediakan paket halal seharga 1800 yen atau bisa pilih menu sendiri. Namanya Amara restaurant. Enak juga nasi briyani-nya. Setelah kenyang saya pun pindah ke sisi jendela, menikmati pemandangan kota Tokyo di malam hari. Oya kita juga bisa naik ke lantai 30 dan 31, di sana ada restoran2, juga jendela untuk memotret pemandangan kota. The city that never sleeps! Puas menyusuri isi gedung Tokyo Skytree, saya keluar menembus udara dingin yang berangin kencang. Awas tubuh terlempar oleh angin musim dingin. Saya berfoto di halaman menara di antara lengkungan cahaya biru dan pohon2 berlampu, lalu kembali berjalan ke arah sumida river untuk memotret Tokyo Skytree di malam hari beserta kapal cruise yang melintasi sungai. Indah banget! Saya juga jalan kaki balik lagi ke Sensoji Temple untuk memotret kuil yang bercahaya di malam hari. Cukup sudah perjalanan di hari pertama ini. DAY 2: 24 JANUARI --- AKIHABARA & ODAIBA OKACHIMACHI Dari stasiun Nakano saya menuju stasiun Akihabara. Pilih gate 5,  kereta line kuning. Setelah melewati 12 stasiun tanpa harus ganti line, saya pun tiba di Akihabara. Ongkos keretanya 220 yen atau sekitar 22 ribu rupiah. Seperti biasa sebelum berangkat menuju tujuan saya selalu bertanya ke petugas stasiun, misalnya seperti ini: "I want to go to Akihabara. Which way should I take? I prefer the cheapest way. How many stops? In what gate should I wait the train? Which one is the ticket machine? (karena mesin tiket berbeda2 warnanya, ada yang biru, pink, hijau, hitam. Kalau naik Metro biasanya yang biru. Atau ada juga yang semua warna bisa, tergantung stasiunnya). Jadi nggak tersesat nyampe di Akihabara. 1. Akihabara Electric Town Akihabara adalah kawasan di pusat kota Tokyo yang terkenal dengan toko2 elektroniknya. Makanya disebut sebagai Akihabara Electric Town. Juga banyak toko yang menjual produk anime dan manga, bahkan saya sempat melihat beberapa toko buku komik. Naruto, One Piece, Detective Conan, dll. Harga satu komiknya yang dalam bahasa Jepang 200 yen atau sekitar 20 ribu rupiah. Di sini ada juga toko yang menjual oleh-oleh suvenir khas Jepang yang bebas pajak alias 'free tax'. Artinya buat turis asing bisa dapat potongan harga karena tidak dikenai pajak. Begitu keluar stasiun ada juga gedung Akihabara Radio Kaikan, disini dijual beragam produk. Kita bisa melihat di papan keterangan, apa saja produk yang dijual di  setiap lantai. Misalnya kalau ingin cari komik atau dvd anime dijual khusus di lantai 3 & 4. 2. Kanda Myojin Shrine Tidak jauh dari jalan utama Akihabara yang banyak toko2nya, saya menemukan rumah makan Yoshinoya, ada persimpangan jalan di situ, ambil ke kiri jalan terus hingga menemukan kuil, namanya Kanda Myojin Shrine. Tidak seramai Sensoji Temple, tapi  bangunannya cantik juga buat difoto. Dari kuil saya kembali lagi ke stasiun. Di sebelah lain stasiun, berlawanan arah dengan Radio Kaikan, akan ditemukan juga gedung tinggi khusus menjual buku, namanya: Shosen Book Tower yang terdiri atas 9 lantai. Di dekat situ ada konter penjual kebab Turki yang halal dan lezat. Dari baunya saja sudah kecium enak. Bangga juga ya karena makanan halal di Tokyo pasti baunya sedap banget tercium sampai jauh hehehe. Harga kebab 500 yen, banyak dagingnya, puas pokoknya walaupun mahal dibanding kebab yang dijual di Indonesia, harganya hampir 5 kali lipat. Yah namanya juga Tokyo, bukan Tokyo kalau nggak serba mahal. Dari si abang penjual kebab pula saya diberitahu bahwa ada mesjid di sekitar situ. Cukup jauh sih kalau jalan kaki, namun bagi saya yang memang suka jalan, ora opo-opo, cabut aja! 3. Masjid As-Salam di Okachimachi Tadinya usai eksplor Akihabara hari ini saya mau ke Kanda Secondhand Bookstores yang  terkenal menjual buku2 bekas, lalu melanjutkan perjalanan ke Odaiba, melihat pemandangan Rainbow Bridge yang indah di malam hari. Akan tetapi karena belum pernah lihat mesjid di Tokyo, maka saya pun ikut saran si abang penjual kebab untuk ke sana. Dan akhirnya sampai malam deh jalan-jalan di sekitar sana, karena ada pasar yang rame banget dan banyak menjual makanan halal. Gapapa deh, mudah2an lain kali bisa ke Tokyo lagi untuk mengunjungki Kanda dan Odaiba yang gak jadi dieksplorasi. Mesjid tersebut letaknya di dekat stasiun Okachimachi. Namanya mesjid As-Salaam. Jalan kaki aja ngikutin jalur kereta dari stasiun Akihabara, sekitar 20 menit sampai. Letaknya ada di semacam perumahan, dekat taman. Saya nanya ke petugas stasiun dan kebetulan dia tahu walaupun dia bukan muslim. Tips: bawa kamus saku bahasa Jepang, biar bisa nunjukkin ke mereka kata benda yang kita maksud saat bertanya. Selesai sholat di mesjid As-Salaam, saya kembali jalan kaki ke stasiun Okachimachi. Di sana kan ada Uniqlo, cari aja, tepat di depan Uniqlo ada pasar yang sangat ramai. Masuk ke pasar itu, banyak yang jual seafood segar, dan juga banyak rumah makan halal. Ada Chicken Man, Doner Kebab. Nah Doner Kebab di sekitar situ ternyata ada 5 rumah makan, wah asyik. Saya kebetulan lagi puasa sunah, jadi buka puasanya di Chicken Man, makan ayam seharga 300 yen alias 30 ribu rupiah sudah sama nasi. Alhamdulillah kenyang dan enak. Kebetulan hari ini hari sabtu, di mesjid As-Salaam suka ada acara kumpulan muslim dari berbagai negara, ceramah selepas Isya dan makan-makan pada jam 8 malam. Jadi saya pun kembali ke mesjid untuk mendengarkan ceramah. Ceramah diberikan oleh ustadz dengan memakai bahasa Inggris, didampingi seorang penerjemah orang Indonesia yang mentranslate ke bahasa Jepang. Yang hadir malam itu ada sekitar sepuluh orang laki-laki dan perempuan, yang perempuan semua memakai hijab.  Setelah acara ceramah, saya pun pulang menuju Nakano lewat stasiun Okachimachi (jadinya bolak-balik ya hehe, kurang efektif.) Sampai di hotel, mandi air hangat deh lalu memeluk bantal sambil facebook-an dan mengistirahatkan kaki yang pegal. DAY 3: 25 JANUARI --- GINZA & TOKYO DOME CITY Hari ini saya mengunjungi 4 tempat yang menjadi andalan Tokyo yaitu: Tsukiji fish market, Ginza shopping street, Ginza Kabukiza, Tokyo Imperial Palace Garden, dan kemudian Tokyo Dome City. Berikut penjelasannya: 1. Tsukiji Fish Market Dari Nakano (T01) saya naik metro subway ke stasiun Kayabacho (T11), lalu ganti line ke stasiun Tsukiji (H10).  Disitu ada pasar ikan segar yang sangat terkenal. Saya tidak sempat melihat lelang tuna karena sampai disitu sudah agak siang. Namun bisa jalan-jalan di pasar ikan sambil melihat berbagai jenis ikan dan olahan ikan yang dijual. Asyik juga nonton orang motong-motong ikan segar yang besar-besar. Pasar ikan disini bersih. Kita juga bisa makan di restoran2 yang ada di situ, menyantap ikan segar beserta sup miso yang enak. Nah kebetulan ada orang ngasih tiket gratis untuk makan sup miso di restoran Marukita. Jadi sebagai teman makan sup miso gratis, saya pun memesan udang dan ikan salmon, seharga 500 yen atau sekitar 50 ribu rupiah. Ikan salmonnya mentah dan segar, lezat pokoknya. Alhamdulillah. Ada juga konter2 penjual olahan ikan yang ngasih tanda 'pork free'. Jadi menyenangkan sekali jalan-jalan sambil sarapan sehat di sini. 2. Ginza Kabukiza Dari Tsukiji fish market saya jalan kaki menuju daerah Ginza. Mencari Kabukiza Tower dimana saya bisa melihat festival seni Kabuki khas Jepang dan galeri. Di lantai dasar Tower ini adalah shopping mall yang dipenuhi produk2 seni Jepang, seperti makanan tradisional, kerajinan tangan, dan lain-lain. Di sini juga bisa berfoto gratis dengan patung2 yang memakai Kimono atau yukata. Menarik sekali. Di lantai 5 ada galeri yang memamerkan karya seni tradisional Jepang, namun harus bayar 600 yen sebagai tiket masuk dan kita dilarang memotret isi galeri. 3. Ginza Shopping Street Selanjutnya adalah jalan-jalan di sepanjang Ginza Shopping street. Ginza adalah tempat belanja dan hiburan yang paling ternama di Tokyo. Di sepanjang jalan ini saya melihat banyak sekali pusat perbelanjaan atau mal, juga butik-butik kelas dunia seperti Hermes, Louis Vuitton, dsb. Semacam Orchard Road-nya Singapore deh. Sempat mampir ke salah satu mall untuk dioto di depan bunga hehehe iseng banget. Setelah jalan cukup jauh, saya pun tiba di kebun raya-nya orang Tokyo, yaitu Imperial Palace Garden. Hmmm...di sini bisa menghirup udara segar karena banyak pepohonan. 4. Tokyo Imperial Palace Garden Ini adalah taman raksasa di tengah kota. Dikelilingi oleh pohon-pohon rindang dan rumput-rumput rapi menguning di musim dingin. Seteah lelah jalan kaki di sepanjang Ginza shopping street, masuk ke area ini seakan dipijat kaki karena tanahnya terdiri atas lautan kerikil yang enak untuk dipijak. Banyak terdapat batu-batu besar berbentuk bundar untuk duduk beristirahat. Di sini kita bisa melihat jembatan dan sungai dengan latar belakang imperial palace. Juga ada air mancur dimana kita bisa berfoto. Segar sekali udara di sini, adem. 5. Tokyo Dome City Saya menuju stasiun Suidobashi. Di sana ada Tokyo Dome City, yaitu wilayah yang terkenal dengan cahaya malam alias winter illumination-nya. Ini merupakan distrik dimana terdapat taman hiburan sejenis Dunia Fantasi di Indonesia, yang dilengkapi hotel, berbagai restoran dan toko-toko. Tidak perlu bayar untuk masuk ke area ini. Kecuali bila ingin mencoba arena permainan sejenis roller coaster, halilintar, kora-kora, dan lain-lain, tentu perlu bayar tiket. Di sana ada Jump Shop, toko anime khas Jepang dimana selain dapat membeli produk-produk kartun dan komik Jepang, kita juga bisa berfoto dengan patung-patung Naruto, One-Piece, dan lain-lain. Juga ada pohon iluminasi berbentuk hati raksasa yang memantulkan sinar berwarna-warni. Spa LaQua, merupakan hot spring yang juga populer di area ini, juga shopping mall tempat berbelanja baju dan sebagainya. Ada juga toko bunga yang indah Aoyama Flower Market. Sebuah tempat berbentuk pohon jamur raksasa berdiri di depan mall, menebarkan cahaya warna-warni yang bergonta-ganti. Di bawah ‘pohon jamur’ itu orang-orang duduk di atas kursi yang tersedia sambil menonton TV berlayar lebar. Romantis banget tempat ini. selanjutnya......DAY 4: 26 JANUARI --- SHINOKUBO & SHINJUKU (SOUTH) bersambung...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun