Kondisi beberapa bandara di daerah banyak dikeluhkan oleh sebagian besar konsumen transportasi udara ini dari masalah kesemrawutan parkir, taksi gelap, listrik kadang mati, waktu mendarat maupun waktu take off dan juga lokasi sekitar bandara yang sudah tidak steril lagi dari pemukiman penduduk. Hal tersebut menjadikan pemerintah pusat maupun daerah dan juga pihak pengelola yaitu Angkasa Pura bergerak untuk membuat bandara Internasional baru. Tengoklah semisal di Sumatera Utara (Kuala Namu), dan beberapa yang dalam taraf rencana maupun sudah berjalan, seperti Bandara Internasional Yogyakarta, Bandara Internasional Ngurah Rai, Bandara Internasional Kertajati, Bandara Internasional Karawang dan lainnya.
Pembangunan bandara Internasional baru ada yang dibangun di tempat baru namun ada pula yang dibangun di tempat lama seperti Bandara Internasional Ngurah Rai. Bandara Internasional Ngurah Rai ini konon katanya didesain lebih bagus daripada Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang saat ini sedang ramai dikeluhkan oleh beberapa dubes Negara Uni Eropa terkait waktu yang terlalu lama dibutuhkan saat hendak terbang ataupun mendarat di Bandara Soekarno-Hatta. Hal tersebut menyebabkan banyak waktu yang terbuang untuk menunggu dan juga bagi pesawat yang harus berputar-putar dulu sebelum mendarat menyebabkan penggunaan bahan bakar menjadi boros.
Keluhan terhadap bandara lama selain karena traffic penerbangan yang tinggi, juga banyak dikeluhkan karena factor bandaranya sendiri yang kecil atau sempit, sehingga tidak memadai untuk parkir maupun didarati oleh pesawat-pesawat berbadan besar. Banyak tanah yang dipakai menjadi bandara masih menyewa dari pemerintah daerah setempat. Dengan kondisi tersebut, bandara yang berada di atas tanah pemerintah daerah kurang bisa dikembangkan menjadi bandara yang komersial.
Kendala-kendala tersebut juga dialami oleh Pemprov Jawa Barat yang saat ini sedang mengebut pembangunan Bandara Internasional Kertajati. Manajemen PT Angkasa Pura II sedang membangun bandara baru di Kertajati, Majalengka, Jawa Barat, sebagai pengganti Bandara Husein Sastranegara, Bandung.
Pemprov Jawa Barat menilai lokasi di Kecamatan Kertajati ini sangat ideal untuk pembangunan sebuah bandara dimana dari jalan utama Indramayu- Majalengka hanya berjarak 1.4 km saja. Selain kawasan bandara seluas 1800 hektar, luas lahan Aerocity dapat mencapai 3200 hektar yang terdiri dari kawasan industri, hunian, central park dan bebrapa penunjang lainnya.