Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Aku MENIKAHI Kompasiana

19 November 2010   03:08 Diperbarui: 13 Juli 2015   20:39 710 10

Kami terima nikahnya Lukman Hakim bin ….. dengan mahar keikhlasan dibayar tunai

---oooOooo---

tersaji jg di fb : abi elha

Trenyuh

Saat intermezzo, dalam sesi Citizen Journalism, ib-kompasiana blogshop 24/07/2010, Kang Haji (Pepih Nugraha_pen) mengatakan bahwa dia tidak mampu membeli Toyota Alphard. “Bahkan sampai nanti pensiunpun tidak mampu” jelasnya. Jadi cara mensiasati agar bisa menikmati kenyamanan Toyota Alphard adalah dengan menaiki Taxi Executive yang menggunakan Toyota Alphard sebagai armadanya.

Aku tidak terkesima dengan armada Taxi Executive yang cukup ramai diperbicangkan itu. Juga tiada niatan untuk ikut mendaftar sebagai penumpang kendaraan mewah tsb. Yang menjadi perhatian Aku adalah ucapan Kang Haji bahwa dia, meskipun sudah lama menjadi wartawan harian mainstream di Indonesia, tidak mampu membeli Toyota Alphard, hatta hingga pensiun sekalipun.

Pernyataan yang mengindikasikan bahwa beliau merupakan wartawan yang jujur, tulus dan apa adanya. Bukan ada apanya. Pernyataan ini juga sekaligus mengcounter rumors yang beredar dimasyarakat bahwa wartawan menerima amplop (baca : uang_pen) dalam peliputan suatu berita. Setidaknya untuk kalangan Kompas.

Tanpa sadar, Aku mulai memperhatikan Kang Haji dari segala sisi. Bila sebelumnya ‘hanya’ menggali ilmunya dalam berbagai kesempatan, kini hampir semua hal yang melekat pada diri Kang Haji menjadi fokus perhatianku. Tak terkecuali penampilan, style dan,barang bawaannya. Wow, semuanya menjadi parameter bahwa beliau adalah tipikal orang yang sederhana, disamping sifatnya yang humoris dan agak-agak narsis…hehehehe

Skor Nilai terhadap Kang Haji menjadi sempurna ketika dalam Nonton Bareng Kompasiana di XXI Plaza Senayan, tgl. 13 Nopember 2010 (salah satu rangakaian HUT Kompasiana ke-2), beliau menyempatkan diri untuk menghampiriku, menyalami dan berucap,

“Terima kasih Abi (?). Apa kabar….?”

Trenyuh hati ini menyaksikan semua itu. Betapa tidak, seorang Pepih Nugraha, Wartawan Senior Kompas, yang saat ini bertindak selaku pendiri, pengembang dan Pemimpin Redaksi Kompasiana rela bangkit dari tempat duduknya, lalu menuruni beberapa anak tangga dan menghampiri kompasianer serta menanyakan kabarnya. Sungguh luar biasa.

Ingin rasanya menitikkan air mata, namun suasana sangat tidak mendukung dan khawatir acara Nonton Bareng akan bernuansa film India.

“Pantas saja, seluruh admin dan kru Kompasiana memiliki sikap baik dan rendah hati. Mereka memeliki teladan yang mendukung” bathinku.

“Ooh..Seandainya Negara dikelola layaknya manajemen kompasiana..!!*#%@”

Terharu

Aksi mengejutkan Kang Haji Pepih memaksa aku bernostalgia pada peristiwa Cipaku, Agustus 2009 lalu. Siang itu sekitar Pk. 10.00 wib (?) aku mendapat telepon dari seseorang yang bernama Dicky. Dia mengatakan bahwa dia sering membaca kompasiana, termasuk artikel – artikel-ku. Singkat cerita, dia mengaku bila dia adalah sekretaris Om Chappy (Chappy Hakim_pen). Menurutnya, Om Chappy meminta, atau lebih tepatnya mengundangku ke kantornya di Jl. Cipaku, Jakarta Selatan. Aku menyanggupi undangan beliau untuk datang pada hari Sabtu.

Perasaan aneh menyelimuti tubuhku. Ada apa seorang Chappy Hakim, Mantan KSAU, Seorang Pengamat dan pemerhati Kedirgantaraan Indonesia, mengundang seorang blogger biasa bernama elha. Aneh, sungguh aneh.

Rasa penasaran terus bergelayut. Sulitnya mencari jawaban membuat rasa penasaran itu kian mengkristal. Hingga hari H, aku belum menemukan jawaban yang tepat atas ’keanehan’ tsb.

Lebih kurang Pk. 09.00 aku tiba di kantor Om Chappy. Yang pertama ku cari tentu saja Dicky, sekretaris beliau. Setelah bertemu, Dicky menyambutku dengan penuh senyum...(jangan dibaca mesra ya...hehehe). Dicky mempersilakan aku untuk duduk dan menunggu Om Chappy di ruang tunggu. Sesekali dia menemani aku dengan bercerita seputar kegiatannya, aktifitas Om Chappy dan tak ketinggalan kanal blog kita, kompasiana.

(”Kok ada ya sekretaris seorang Pria....” hehehehehe....ternyata, disini tak berlaku bahwa magnet kegiatan dan pengatur schedur kerja seorang Petinggi harus seorang wanita. Semoga ini tidak hanya terjadi pada diri Om Chappy.)

Tak lama kemudian, Om Chappy datang dengan gaya yang relatif ’ngoboi’. Bercelana pendek, bertopi ’ala Golfer (Golf player), bersepatu kets dan berjalan santai namun agak cepat. Aku sangat memaklumi ketika beliau ’mengambil waktu’ untuk membersihkan tubuh (bath shower) dan menghilangkan keringat setelah berolah raga.

Tak menunggu lama, beliau ’memanggilku’ ke ruangannya. Wow....ruangan yang sangat eksentrik. Penataan (lay out) yang rapih, tanpa banyak perabot, dan terasa lapang. Om Chappy mengajakku ngobrol santai seputar kompasiana, awal mula beliau bergabung dengan kompasiana, hobbi beliau hingga penerbitan buku Cat Rambut Orang Yahudi (CROY) yang beliau tulis. Kami ngobrol sambil sarapan ketupat sayur bersama dan cemilan pagi yang nikmat.

Sesekali beliau juga memuji Kang Haji Pepih dan tim admin, termasuk beberapa kompasianer yang dinilainya berkualitas, tak terkecuali namaku. Duuuh bangganya mendapat pujian dari Mantan KSAU, yang juga nara sumber berbagai seminar tentang Kedirgantaraan.

Di akhir pertemuan Om Chappy memberikan aku satu paket berisi VCD rekaman beliau memainkan saxophone, buku-buku tentang AU dan Dirgantara serta tak lupa Buku CROY yang menjadi Best Seller kala itu.

Bangga, senang dan haru bergumul jadi satu menerima undangan Pak Chappy Hakim. Tak dinyana, ada seorang Direktur Perusahaan, Mantan Petinggi TNI, Penulis Ternama dan Pembicara Nasional mau mengundang kompasianer biasa, berbincang bersama, sarapan bersama dan memberikan paket hadiah secara langsung

Berbunga

Kompasiana yang aneh….demikian pendapat sebagian orang. Betapa tidak, sejak pagi sebagian, untuk tidak menyebut seluruh, kompasianer sudah berfikir (tulisan) apa yang akan di-publish, ‘Kedai’ siapa yang akan dikunjungi, Issue apa yang sedang berkembang di kompasiana. Dan, memang kompasiana adalah tempatnya berita, wadahnya penulis dan pembaca/pencari berita serta salah satu lokasi munculnya issue-issue tertentu, seperti plagiator, politik, berita separatis dan tentu saja pertemanan ala face book. Semua itu membuat kompasiana semakin digandrungi….hehehe…termasuk membuat lupa waktu dan..sedikit lupa pekerjaan….(asal jangan lupa anak & isteri/suami aja..hehehehe)

Pagi itu hujan deras mengguyur Jakarta. Namun hati ini tak ingin melewatkan acara lounching buku Intellijen Betawaf, persembahan Pakde Pray (Prayitno Ramelan_pen). Akhirnya dengan bantuan ‘Si Thole’, Motor antikku, aku meluncur menuju Essence di bilangan Jakarta Selatan. Agar tak membuat kegaduhan di Essence, aku menyembunyikan ‘Si Thole’ dari keramaian pengunjung. Namun, basah kuyup yang hinggap di tubuh ini tak kuasa ku sembunyikan. Dengan sedikit menggigil aku memasuki ruang Lobby Essence dengan tatapan ‘nanar’ beberapa tamu. “Ach…sabodo teuing”…hehehehe

Tatapan ‘nanar’ itu reda ketika beberapa tamu dan panitia seperti Bang Amril T, Kang Yulyanto, Eko, Henie Z dan lainnya menyambut dan menyalamiku. Wow..suatu penyelamatan yang gemilang. Kulihat tamu-tamu penting sudah datang, termasuk MC Rossyana Silalahi, Dali Taher, dll. Di deretan kompasianer ada Bunda Ningrat (Fakfak), Uni LD (Linda Djalil), Dr. Anugra Murtyanto, dll. Sebagian dari mereka aku salami. Dan, hadiah peluk cium dari Kak Riska (Mariska Lubis), yang kemudian menerbitkan buku ”Heiii Pemimpin Bangsa, Belajar dari Sex Dong!!!”.

Setelah acara tuntas, Pakde Pray beramah tamah dengan tamu undangan dan kami-kami para kompasianer. Senyum khusus Pakde Pray diberikan padaku, dengan logat Njowoni sing agak Medok...”Hai, ha (elha_pen)..”

Sungguh, hati ini terasa indah, hangat dan berbunga menerima ucapan dan sapaan tulus tanpa basa basi dari mereka-meraka yang sudah memiliki nama. Siapa tak kenal Uni LD, mantan wartawan senior di Tempo dan Gatra serta penulis lagu untuk Titiek Puspa. Siapa pula yang tak mengenal Kak Riska, mantan Pemred salah satu majalah Femina Group, seorang nara sumber masalah sexologhy dan pembicara pada seminar-seminar mengenai hal tsb. Lintang, kompasianer yang banyak dibicarakan, juga Dr. Anugrah yang bersama dua dokter lainnya menginspirasi Uni LD menamakan kanal blog kita sebagai rumah sehat kompasiana.

’Menikah’ Lagi

Semua peristiwa diatas membuat aku semakin jatuh cinta dengan kompasiana. Sebelum memulai kerja di kantor, ku sempatkan diri untuk membuka kompasiana. Demikian juga dikala istirahat makan siang setelah Zhuhur dan sebelum pulang kerja.

Kompasiana yang mengajarkan aku ketawadhu’an (rendah hati) ala Pepih Nugraha, Chapy Hakim, Prayitno Ramelan dan Linda Djalil. Kompasiana memberikan pembelajaran bagaimana mempererat persahabatan ala Kang Is-Z, Unuy dan tim admin. Kompasiana juga memberikan nuansa kepedulian antar kompasianer dan saling mengingatkan. Sungguh aku jatuh hati.

Setelah jatuh cinta, akhirnya aku memutuskan ’menikahi’ Kompasiana. Menyatukan dalam diri. Menanamkan engage terhadap kompasiana serta berusaha memberikan kontrbusi untuknya sesuai kapasitas diri.

’Pernikahan’ yang kemudian menjauhkan aku dari Blog lain, dari Face book dan Twitter, hingga akun fb ku hanya memiliki beberapa teman saja selama lebih kurang satu tahun, sebelum aku tersadarkan oleh Yayat yang mengajarkan untuk menggunakan fb sebagai link khusus. ehehehe...setidaknya aku bangga bisa setia dengan  'pasanganku', kompasiana.

Sayup-sayup terdengar suara berbisik...” Kami terima nikahnya Lukman Hakim bin ….. dengan mahar keikhlasan dibayar tunai”

Heppi Besdey Kompasiana

Congratulation atas beberapa penghargaannya.

Wallahu’alam

tautan link fb :

Abi Elha belajar rendah hati dari pejabat yg rendah hati...yuuk http://unik.kompasiana.com/2010/11/19/aku-menikahi-kompasiana/

Salam cinta n ukhuwah

--elha / KLINIK CINTA--

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun