Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Ramadhan Bulan Pemaksaan Nafsu..??

23 Agustus 2010   03:28 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:47 255 0

Alih-alih mengendalikan diri, Ramadhan sering dijadikan Ajang Pemuas NAFSU. Jika tidak segera diatasi, akan menjadi problematika bangsa yang berkepanjangan.

---oooOooo---

Sepertiga paruh Ramadhan telah berlalu. Bulan yang diliputi keagungan, keberkahan dan berujung pada pengampunan doa tinggal dua fase lagi, yaitu fase Maghfiroh dan Itkum minannar.

Pemandangan apa yang lazim terlihat selama 10 hari terakhir?

Barisan shaf yang rapih menjalankan tarawih...? ah, itu Cuma lima hari pertama saja.

Alunan tilawah Qur’an dan taddarus...? Mungkin di sebagian (kecil) masjid, musholla dan rumah kita

Taushiyah Ramadhan dan amalan lain...?? Maybe yes, maybe no...

Yang kasat mata dan terjadi hampir disetiap tempat adalah ’Perlombaan belanja’ dan ’ngabuburit’.

Pasar adalah lokasi paling istimewa untuk kompetisi belanjaan. Para peserta kompetisi berusaha menjadi pemenang, setidaknya pemenang bagi dirinya. Mereka mencari sesuatu yang mungkin tidak biasa mereka lakukan. Membeli sesuatu yang mungkin sangat jarang dibelanjakan. Bahkan mungkin juga mengkonsumsi banyak uang yang selama ini mereka kendalikan.

Ramadhan seolah menjadi ajang pelampiasan ’nafsu’ membelanjakan. Yang tidak ada, diada-adakan. Yang tidak biasa dibiasakan. yang belum pernah, mungkin akan diusahakan. Yang menarik lagi, yang tidak dibutuhkan juga dipersiapkan.

Jika tidak menyediakan kolak, es sirop, es kelapa, cincau hitam sebagai penyejuk, sedikit kurma, air teh manies dan beberapa makanan lainnya rasanya tidak ’afdhol’ nilai puasanya. Bila meja makan belum terisi penuh dengan menu berbuka dan sahur, sepertinya bukan termasuk orang-orang yang menghormati Bulan Suci Ramadhan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun