Mau tahu jawabannya…? Mau tahu mensiasatinya..??
Ringkasan bagian 1 lalu
Ber-Hemat di Bulan Ramadhan
1. Menyegerakan Berbuka dengan makanan yang manis atau air hangat.
2. Meng-akhirkan Sahur
Disunnahkan mengakhirkan sahur sesaat sebelum fajar. Makan sahur dilakukan menjelang waktu shubuh. Dalam satu riwayat, Rasulullah SAW sahur bersama sahabat Zaid bin Tsabit ra. Ketika selesai, beliau bangkit untuk sholat subuh.
Bersabda Rosulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, "Sebaik-baik sahurnya seorang mukmin adalah korma." (HR Abu Dawud, Ibnu Hibban, Baihaqi).
Bagaimana menentukan waktu yang tepat untuk meng-akhirkan sahur. Zaid bin Tsabit ra meriwayatkan, "Kami makan sahur bersama Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, kemudian beliau shalat, aku tanyakan (kata Anas): Berapa lama jarak antara adzan dan sahur? Beliau menjawab, "Kira-kira 50 ayat membaca Al Qur'an." (HR Bukhari Muslim).
Sesuai tuntunan sunnah, kita dapat menafsirkan bahwa sahur adalah sarana penguat pelaksanaan puasa kita. Pengganti sarapan pagi jika kita tidak berpuasa. Layaknya sarapan pagi, tentu menu yang disajikan adalah menu penguat, menu produktif, seperti karbohidrat, vitamin, protein dan air. Sementara porsi sarapan pagi kita biasanya ½ dari porsi makan siang. Atau bila merujuk Sunnah Rasul adalah beberapa butir kurma.
---> Komposisi kurma adalah karbohidrat, protein, serat dan vitamin
Sementara jarak makan sahur dengan adzan sekitar 50 ayat Qur’an (versi Rasulullah), atau sekitar 30 menit versi kita. Peng-akhiran makan sahur juga berfungsi untuk mencegah keinginan kita untuk memasukan makanan lebih banyak lagi, yang justru dapat mengganggu jalannya puasa itu sendiri. Disamping itu tentu agar kewajiban selanjutnya, yaitu sholat shubuh tidak ter-abaikan.
Apa yang dilakukan oleh Ummat Islam ketika Sahur?
Sama dengan berbuka, Sebagian besar Ummat Islam berusaha melakukan ‘switching’ pola makan di Bulan Ramadhan. Makan malam di ganti dengan berbuka dan makan siang+sarapan pagi dengan sahur. Alhasil, Menu sahur juga terdiri dari beragam makanan.
3. Mengurangi Belanja menjelang Hari Raya
Rasulullah sangat menganjurkan kita untuk memanfaatkan moment 10 hari di Akhir ramadhan untuk ber-i’tikaf di Masjid dan menyambut Nuzulul Qur’an. Banyak Faedah ber-i’tikaf. Peng-anugerahan ‘Inkum Minan Nar’ yang bertolak dari ‘La’alakum Tattaquun’ ada di penghujung Ramadhan. Tepatnya 1/3 fase terakhir. Memaknai sunnah tersebut, seyogyanya kondisi Masjid akan penuh sesak. Syahdu, khusyu dan ‘Banjir Isak tangis’. Tangis sedih dan bahagia.
Apa yang terjadi saat ini??? Banyak dari kita yang memindahkan I’tikad dengan ‘Ikhtilaf’, Khilaf bahkan Ikhtilat. Yang ramai dan penuh sesak, yaa kalau tidak Pasar, Mall, pasti di Dept. Store. Yang kita buka bukan Qur’an tetapi Dompet. Yang kita lakukan bukan sujud melainkan ‘nyedengin’ pakaian (kata orang betawie).
Sementara untuk Hari Raya Idul Fithri, kita dianjurkan untuk mandi sunnah, memakai wewangian, memakai pakaian terbaik yang kita punya dan memakan sedikit makanan sebelum pergi menuju sholat Idul Fithri.
Tidak ada anjuran untuk membeli (apalagi memaksakan diri) pakaian baru.
“Loch, berari gak boleh beli baju baru dong”
Berdasarkan kaidah ushul fiqih (mhn dikoreksi jika ane salah-elha) kegiatan membeli baju lebaran (istilah sekarang) hukumnya Mubah. Layaknya hukum Mubah, bila tidak menimbulkan mudhorot, maka hal tersebut diperbolehkan.
Kesimpulan
Borosnya pengeluaran kita selama Ramadhan, sebenarnya lebih banyak disebabkan oleh aktifitas kita sendiri, yang umumnya sudah ‘bergeser’ dari jalur sunnah Rasulullah. ‘Mewajibkan’ diri untuk memewahkan Ramadhan sesungguhnya membuka kesempatan dan peluang bagi Spekulan untuk mempermainkan harga Sembako. Disamping ‘menurunnya’ kadar keberkahan Ramadhan itu sendiri.
Berhemat, selama Ramadhan dapat dilakukan dengan merujuk Sunnah Rasulullah SAW :
1. Meng-akhirkan Sahur, agar kita tidak terlalu banyak memasukan makanan ke dalam tubuh kita
2. Sahurlah dengan beberapa butir Korma, atau yang setara dengan itu, misalnya sesuai porsi sarapan pagi
3. Berbuka dengan makanan yang manis. Anjuran Rasulullah dengan tiga butir kurma. Bila tidak ada cukup dengan air putih. Kurma dalam hal ini dapat diganti dengan makanan sejenis yang mengandung ursur yang sama, seperti kolak. bubur kacang hijau, dll
4. Makan malam setelah Tarawih, dengan porsi yang disesuaikan.
5. Kalau ada THR jangab konsumtif. Gunakan khusus untuk keperluan Hari Raya dan Zakat. Jika masih ada sisa (biasanya memang ada sisa) sisihkan untuk saving
Kalau kelima point tsb ddapat kita lakukan, Insya Allah, keberkahan Ramadhan akan kita rasakan bersama. Tidak menguras kantong dan dapat berinvestasi dengan baik.
Semoga bermanfaat. Wallahu’alambishowab
slm ukhwah
elha / KLINIK CINTA
http://jangankedip.blogspot.com/
tipstricks