isu century awalnya berhembus pada kampanye pilpres tahun lalu dan dihembuskan oleh salah satu pasangan capres. isu century ini rupanya tidak begitu manjur untuk melawan incumbent. kemudian tersebutlah isu century kembali pada kasus bibit-candra dari tangan Susno. Isu century kemudian menggelinding semakin panas.
isu century semakin kencang ketika kabinet sudah terbentuk. badai ini sangat menghempas Demokrat sebagai partai pemerintah. wajar kalo seorang ketum partai oposisi bersikeras untuk mengusut isu century karena merasa sangat dipermalukan. isu ini kemudian diterima baik oleh salah satu pentolan partai oposisi di parlemen yang kemudian menggunakan kesempatan itu untuk membentuk dukungan dari parlemen. dukungan menguak century juga muncul dari barisan sakit hati entah dari yang kalah pemilu maupun tidak dapat jatah menteri. dari sini partai oposisi kemudian mulai membentuk opini publik. dikumpulkannya nasabah antaboga yang kecewa. pembentukan opini publik mendapat dukungan dari partai kuning yang menguasai media pemberitaan. kenapa partai kuning ikut campur?
1. didepak dari kabinet
2. capresnya kalah
3. kebetulan ada anti pribadi ma menkeu
4. kepentingan bisnis ternacam
5. suara partai yang merosot
nah, dua partai besar (partai oposisi dan partai kuning) sdh bergabung dengan mengeluarkan angket yang berujung pada pansus. konstelasi kemudian berubah lagi.
partai2 dan tokoh2 mulai melihat kalo isu century bisa dipake untuk menggeser pemerintah. melihat hal ini, partai pemerintah dirasa perlu masuk di dalam pansus. tapi partai2 kecil mulai bertingkah dan show off melalui pansus untuk mendapat perhatian dari masyarakat. pertimbangan lain, kalo pansus century berhasil menggeser pemerintah, partai kecil dapat jatah atau setidaknya pengaruhnya bertambah. sebenarnya, meskipun tujuannya sama, dua partai besar memiliki arah yang berbeda. kalo partai oposisi dengan jelas akan mengganti pemerintahan sekaligus membalas dendam ketumnya dan bisa meraup lagi suara di pemilu kelak. kalo partai kuning biasanya lebih pragmatis, paling tidak bisa menguasai sendi pemerintah yang menguasai perekonomian ntar biar bisnisnya lancar termasuk mengganti menkeu.
isu century jg didukung oleh BPK yg kemudian dipimpin oleh pak Hadi yang memang diseting oleh parlemen. pak Hadi sendiri punya kepentingan anti menkeu. maka kemudian laporan hasil audit BPK sebenrnya terkesan aneh kalo dinilai oleh audit.
dari sini, jelas partai pemerintah tidak tinggal diam. dibukalah kasus para anggota pansus seperti gratifikasi dari Bi untuk anggota partai adil dan partai oposisi, L/C untuk tuan misb dari partai adil, korupsi pimpinan p3, serta pengemplangan pajak pengusaha partai kuning.
untuk Pak Hadi sendiri, kedoknya mulai terbuka, pak hadi sendiri punya kedekatan dengan tua misb. belum lagi hartanya yg katanya hibah dari dunia lain selama jadi dirjen pajak.
situasi kemudian dimanfaatkan oleh sempalan partai kuning. saatnya bikin partai sendiri seolah-olah berada di luar dari kemelut politik yang ada namun siap-siap menjadi pahlawan bila kemelut memburuk.
jadi sebenarnya, mau sebut ato tdk sebut nama dalam pandangan akhir pansus tidaklah perkara besar. toh para anti pemerintah sdh lenggang2 ketemu para tokoh2 sakit hati yang mencari dukungan pula biar seolah-olah mereka didukung dari banyak pihak. kesempatan juga bagi para tokoh2 sakit hati baik dari tokoh politik, agama, purnawirawan dll untuk menyerang pemerintah dan unjuk gigi
ok lah. silahkan semua nya bertarung. qt bisa menjadi penonton yang memprihatinkan karena tdk bisa berbuat apa-apa. namun di pertarungan tersebut muncul korban-korban yang sebenarnya disayangkan seperti menkeu yang bkn dari parpol dan dgn jelas siap bertanggung jawab atas kebijakannya, PPATK atau LPS yang dipolitisasi, polisi dan demonstran bayaran yang mesti adu jotos, masyarakat yang disetir oleh pemberitaan media, dan kompasianer yg akhirnya terus-terusan meributkan isu century yang sebenarnya hanyalah alat politik karena sampe sekarang belum terbukti ada kekeliruan secara hukum.
mari kita berpikir