Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Setiap Tempat Punya Cerita; London: Angel Review

22 September 2013   21:19 Diperbarui: 24 Juni 2015   07:32 254 0
Aku duduk di tepian plaza, di salah satu kursi beton yang berbaris rapi tidak jauh dari kincir raksasa yang bersinar putih kekuning-kuningan. Tubuhku meringkuk. Dua tanganku terkepal di pangkuan. Jemariku meremuk celana. Aku tengah menunggu dan waktuku kian menipis. Beberapa jam lagi, aku meninggalkan kota ini, tapi gadis yang ingin kutemui tak juga menampakan diri. Lima hari yang lalu, aku datang dengan semangat luar biasa, dengan gairah mengejar cinta membara seperti api besar yang tengah melahap kayu di dasar perapian. Kini, aku lelah dan kehilangan asa. Kota ini telah mengikis habis harapanku lewat hujan yang turun hampir setiap waktu. Butir-butir air yang tercurah dari langit mencuri mimpi indah dalam benakku sedikit demi sedikit dan yang tersisa kini hanya kenyataan. Kenyataan pahit. Ah persetan, gadis itu tidak akan muncul. Aku mendesah, lalu bangkit berdiri. Sepasang kakiku bergerak setengah hati, menjauh dari tempat pertemuan kami. Tepat ketika aku akan keluar dari plaza, seorang petugas keamanan berseragam biru tua menghampiriku. "Maaf, Mister. Payungmu tertinggal," katanya. Dia menyodorkan sebuah payung merah yang terlipat rapi. Aku memandangi benda tersebut dan tersenyum kecut. "Aku tidak membutuhkannya." Kugelengkan kepalaku. "Tapi hujan baru saja turun."Petugas keamanan itu mengacungkan tangannya ke langit. Hujan? "Hujan turun?" Aku buru-buru menengadah, menatap jauh ke atas, ke kumpulan gumpalan kusam yang menutupi matahari. Detik berikutnya, sebutir air mendarat di wajahku, lalu menyusul butir-butir air yang lain dan tidak lama kemudian, seperti apa yang dikatakan oleh petugas keamanan itu, hujan membasahi London sekali lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun