"Kau harus menikah dengan laki-laki pilihan Ayah, Nis!" Terngiang kembali ucapan itu.
"Tapi Ayah..."
"Kenapa? Kau sudah punya pacar? Lupakan dia!"
Melupakan Irwan? Oh, tidak. Aku tidak akan sanggup melakukannya. Aku sangat mencintainya. Ayah tidak bisa berlaku semena-mena begitu terhadapku. Ayah tidak tahu betapa berartinya Irwan bagi hidupku.
Aku segera menghubungi Dinda, sahabatku semasa SMU. Aku katakan untuk sementara akan menginap di rumahnya sampai mendapatkan rumah kontrakan.