Berapa kali sudah aku ingin membunuhmu, Daeng? Tidak terhitung. Kadang aku membubuhkan sepercik racun di sela-sela senyum manis yang sengaja kusuguhkan. Berharap saat engkau datang mencium bibirku, tubuhmu terkapar, kaku dan meregang.
KEMBALI KE ARTIKEL