Saat pertama kali datang menemuiku, ia terlihat amat kacau. Rambutnya kusut masai. Kulit wajahnya kusam. Ia berbicara dengan napas hidung. Suaranya terdengar sengau. Kalau bukan karena profesi yang mengharuskanku menahan diri, barangkali aku sudah terpingkal-pingkal melihat penampilannya kala itu.
KEMBALI KE ARTIKEL