"Bagaimana kiranya agar aku dapat sejenak saja melihat matahari? Dalam hidupku selama ini aku dalam putus asa sebab tidak sejenak pun aku dapat menenggelamkan diri dalam cahayanya. Berbulan-bulan dan bertahun-tahun aku telah terbang ke sana-sini dengan mata tertutup, dan di sinilah aku!".
Suatu makhluk perenung berkata,
"Kau diliputi kesombongan, dan kau masih harus beribu-ribu tahun lagi mengembara. Bagaimana dapat makhluk seperti kau ini menemukan matahari? Dapatkah seekor semut mencapai bulan?"
Meskipun demikian, kata kelelawar itu,
"aku akan terus mencoba."
Dan demikianlah beberapa tahun ia terus mencari hingga ia tak punya kekuatan maupun sayap lagi. Karena ia tak juga menemukan matahari, ia pun berkata,
"Mungkin aku telah terbang lebih jauh di atasnya."
Seekor burung yang bijak, setelah mendengar itu, berkata,
"Kau hidup dalam mimpi; kau hanya berputar-putar saja selama ini dan tak maju selangkah pun; dalam kesombonganmu kau katakan bahwa kau telah pergi lebih jauh di atas matahari!"
Ini amat mengejutkan si kelelawar yang setelah menginsafi kedaifannya lalu merendahkan diri sama sekali dengan mengatakan,
"Kau telah bertemu dengan seekor burung yang punya penglihatan batin, maka jangan teruskan."
Musyawarah Burung
terjemahan Hartojo Andangdjaja
Judul asli: Mantiqu't-Thair
oleh Faridu'd-Din Attar
Diterjemahkan dari The Conference of the Birds (C. S.Nott).
Diterbitkan oleh PT DUNIA PUSTAKA JAYA
Jalan Kramat 11. No. 31 A, Jakarta Pusat Anggota IKAPI
Cetakan pertama: 1983
Sumber : http://media.isnet.org/