Acara debat itu sendiri merupakan ininsiatif dari LBP sendiri yang mengirimkan undangannya terhadap si Rajawali Ngepret (julukam Rizal Ramli) melalui pesan singkat.
Sekadar catatan, Luhut pernah menantang kepada pengkritik utang negara untuk bertatap muka dengannya. Luhut mengaku ingin berbincang terkait penambahan utang negara selama pandemi virus corona atau Covid-19.
Kembali pada undangan debat, awalnya Rizal Ramli menyatakan kesanggupannya. Bahkan dia mengajukan persyaratan, jika dirinya menang debat, seluruh jajaran menteri yang berada pada gerbong perekonomian harus mengundurkan diri. Tapi, jika dirinya yang kalah, Rizal berjanji akan berhenti untuk mengkritisi pemerintahan.
Wah, kita sebagai masyarakat pasti akan disuguhkan tontonan menarik sekaligus seru. Tentunya kita penasaran, sejauh mana kemampuan LBP dalam adu argumentasi tentang masalah ekonomi bangsa dan segala tektek bengek permasalahannya.
Sementara untuk Rizal, kita tentunya tak perlu lagi meragukan kemampuannya. Sebagai ekonom senior dengan segala bentuk penghargaan dan pengakuan dunia luar diyakini memang menguasai seluruh permasalah ekonomi bangsa.
Debat ini diyakini akan semakin seru, karena Rizal juga ingin Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani turut hadir.
Rizal urung hadiri debat
Sayang, rasa penasaran publik akhirnya harus pupus. Pasalnya acara debat yang ditunggu-tunggu itu urung terjadi.
Rizal Ramli yang sebelumnya bersedia memenuhi undangan debat LBP urung memenuhi janjinya. Seperti dikutip dari Kompas.com, Rizal berkilah, pihak Menko Luhut Pandjaitan tidak berkoordinasi dengan dirinya mengenai penetapan debat yang dijadwalkan Kamis (11/6/2020) tersebut.
Si Rajawali Ngepret ini meminta agar jadwal debat di reschedule ulang. Waktu yang diminta Rizal yaitu pada tanggal 24 Juni 2020. (Kompas.com).
Pertanyaannya, apakah pada tanggal 24 Juni 2020 nanti ada jaminan bahwa debat tidak diundur lagi? Tidak juga.
Pasalnya, selaku pejabat publik, LBP jelas tidak akan semudah itu diatur oleh pihak lain. Apalagi pihak tersebut tidak ada kepentingannya dengan garis komando pemerintahan.
Terlebih, LBP adalah seorang menteri yang aktifitas dan tanggungjawab kerjanya menyita waktu, tenaga dan pikiran. Dia pasti sosok yang sangat sibuk. Jadi tidak terlalu penting meladeni ajakan Rizal Ramli.
Satu lagi yang pasti, ibarat dalam permainan catut, Menteri Luhut sudah menang satu langkah dengan telah memberikan kesempatan atau membuka dialog dengan pihak-pihak yang dianggapnya sebagai pengkritik utang negara, terutama Rizal Ramli.
Kendati secara keilmuan tentang ekonomi, Rizal Ramli boleh pasti jauh lebih unggul dari LBP, tapi dengan mangkirnya atau melakukan pembatalan sepihak, sedikit banyaknya membuat reputasi Rizal Ramli sebagai sosok yang katanya menguasai segala permasalahan ekonomi bangsa tercoreng.
Bisa jadi dengan mangkirnya Rizal membuat kecewa publik. Bahkan tak menutup kemungkinan ada yang berpikir bahwa Rizal Ramli sudah jiper duluan dengan alasan yang kita tidak ketahui.