Donald Trump yang juga pengusaha sukses asal New York itu berhasil melenggang mulus menuju White House (Gedung Putih) setelah secara mengejutkan mampu mengalahkan pesaingnya yang jauh lebih diunggulkan, Hillary Clinton.
Kemenangan Donald Trump atas isteri mantan Presiden AS sebelumnya, Bill Clinton ini benar-benar telah menjungkirbalikan analisa dan prediksi para pengamat politik kala itu.
Betapa tidak, selain Trump tidak memiliki pengalaman dalam tatanan pemerintahan atau politik, juga dihadapkan pada kasus yang cukup menghebohkan di saat masa kampanye. Yakni tuduhan pelecehan seksual.
Sementara lawannya, Hillary Clinton, selain pernah menjadi ibu negara, juga sosok yang berpengalaman di dunia politik bersama Partai Demokrat.
Bahkan, sebelum mencalonkan presiden, Hillary Clinton menjabat sebagai Menteri Luar Negeri (Menlu) di bawah kepemimpinan Barack Obama.
Tanpa terasa, tahun 2020 ini Donald Trump sudah mendekati penghujung masa jabatannya. Sebagai catatan, masa jabatan di AS adalah empat tahun.
Itu artinya, jika Donald Trump masih berkeinginan menjabat presiden untuk kedua kalinya harus kembali bertarung pada pemilihan presiden mendatang. Rencananya akan diselenggarakan pada 3 November 2020 mendatang.
Apakah Donald Trump akan kembali memenangi pertarungan Pilpres seperti 2016 lalu?
Dilihat dari posisinya yang saat ini sebagai petahana, tentu saja peluang untuk kembali menjabat presiden kedua kalinya terbuka lebar.
Jaringan, relasi dan pengalaman segudang selama menjabat presiden pasti menjadi modal yang sangat menguntungkan bagi Trump. Ini pasti berbeda jauh saat dirinya pertama kali mencalonkan presiden.
Hanya saja, selain posisi petahana bisa menguntungkannya, juga boleh jadi bakal menjadi bom waktu yang bisa lebih merugikan dirinya pada pilpres mendatang.
Kenapa?
Karena selama menjabat sebagai Presiden AS, Trump dianggap tidak begitu berhasil dalam kepemimpinannya. Bahkan, pria yang memiliki rambut khas seperti blonde ini sarat dengan "dosa" politik dan kontroversial. Hal ini diduga akan melemahkan posisinya pada pencalonan mendatang.
Bahkan di penghujung tahun 2019, Donald Trump sempat dihadapkan pada proses pemakzulan atas tuduhan penyalahgunaan kekuasaan dan menghalangi Kongres AS.
Namun proses pemakzulan tersebut tidak terwujud, lantaran hasil perdebatan panjang antara partai Republik dengan Demokrat ang akhirnya berujung Voting itu dimenangkan pihak Trump yang dinaungi Partai Republik.
Diluar itu Trump juga dikenal sebagai presiden yang kerap mengeluarkan kebijakan kontroversi.
Berikut beberapa dosa atau kontroversi Trump selama menjabat presiden AS, seperti dikutip dari detikcom :
1. Skandal dengan Rusia
Skandal itu tentang keamanan nasional dan integritas sistem pemungutan suara Amerika.
Disebutkan pemerintah asing dapat ikut campur dalam pemilihan presiden untuk membantu satu kandidat agar berhasil menang. Hal itu adalah suatu pelanggaran yang belum pernah terjadi sebelumnya.
Tim kampanye Trump pada 2016 berkolusi dengan Rusia untuk membantunya mengalahkan lawannya dari Partai Demokrat, Hillary Clinton.
2. Memecat Direktur FBI
Pada Mei 2017, Trump memecat Direktur Biro Penyelidik FBI James Comey.
KEMBALI KE ARTIKEL