Dalam membuka chanel Youtube, sejujurnya penulis bukanlah salah satu orang yang fanatik dengan satu content saja. Dalam artian, hampir semua content yang menurut penulis menarik pasti di klik untuk kemudian di tontonnya.
Content-content itu sebut saja tentang cabang olahraga sepakbola dari mulai sejarah perjalanan tim-tim negara luar, timnas, hingga profil pemain. Kemudian tak jarang pula penulis menonton content hiburan, islami, informasi film bahkan hingga dunia satwa.
Nah, dalam proses pencarian content menarik yang hendak penulis tonton, tiba-tiba muncul content yang berkaitan dengan sejarah masa lalu. Khususnya content yang mengulas tentang seorang ahli strategi perang terbaik sepanjang sejarah dunia asal Negeri Tiongkok, bernama Sun-Tzu.
Merasa tertarik, penulis coba membuka dan menonton beberapa judul content yang khusus mengupas tentang kehidupan si ahli perang tersebut berikut strateginya hingga dikenal seluruh dunia hingga sekarang.
Setelah merasa cukup mendapatkan informasi tentang Sun-Tzu, penulis jadi mendapat ide dan tertarik untuk menuangkannya dalam bentuk tulisan.
Berikut kesimpulan yang bisa penulis tangkap tentang Sun-Tzu merujuk pada hasil ulasan yang penulis tonton dari beberapa judul content yang khusus membahas pria yang dijuluki "The Art of War" dimaksud.
Perang Bagian dari Peradaban Dunia
Bukan rahasia umum, perang hampir tak akan pernah bisa dipisahkan dari peradaban hindup manusia di dunia. Dalam hal ini, suka tidak suka, mau tidak mau, perang seolah menjadi sisi lain dari kehidupan manusia sejak jaman dulu kala hingga jaman modern seperti saat ini.
Oleh karena itu, cukup bisa dipastikan bahwa setiap peperangan di setiap atau segala jaman akan menghasilkan sebuah sejarah dari pelakunya. Salah satu pelaku tersebut tentu saja Sun-Tzu.
Sun-Tzu adalah ahli strategi perang yang hidup pada jaman China kuno. Diduga kuat, yang bersangkutan lahir pada tahun 551 SM dan wafat pada tahun 479 SM. Ini berarti, eksitensi Sun-Tzu jauh sebelum Genghis Khan yang sangat perkasa saat menaklukkan banyak wilayah di Asia maupun Eropa. Atau Napoleon Bonaparte yang mengobrak-abrik Eropa dengan strategi tempurnya.
Karena buah pikirnya sebagai ahli strategi perang sangat hebat, hingga saat ini diyakini masih banyak kekuatan militer di dunia kerap membaca buku siasat perang milik Sun-Tzu dimaksud.
4 Cara Menangi Perang ala Sun-Tzu
Sebagai ahli strategi perang, sudah barang tentu ilmu Sun-Tzu dalam dunia perang sangat banyak. Namun, dari segudang strateginya tersebut, ada empat prinsip dasar strtegi yang pada praktiknya bisa dikembangkan dengan racikan-racikan siasat lainnya.
Keempat Strategi perang tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penilaian
Sebelum melakukan serangan terhadap musuh, Sun-Tzu selalu mengawalinya dengan menilai kekuatan lawan dan mengukur hasil yang akan di dapat. Penilaian tersebut didasari atas lima hal, yaitu jalan, iklim, medan, komando dan aturan.
A. Jalan
Dalam hal ini menurut Sun-Tzu, pasukan yang akan terlibat perang harus bisa sejalan dengan pikiran komandan pasukan. Ini penting, agar pasukan loyal dan menuruti tongkat komando.
B. Iklim
Pengetahuan dengan iklim medan pertempuran dirasa penting, agar mampu mempersiapkan segala sesuatunya.
C. Medan
Kondisi wilayah pertempuran juga harus benar-benar dikuasai, baik itu kondisi tanahnya, hutan, bangunan dan lain-lain.
D. Komando
Dalam satu peperangan, adalah sangat penting memiliki seorang komandan yang mempunyai integritas, rasa kemanusiaan, disiplin, berani dan hikmat. Karena komandan demikian akan dipatuhi oleh pasukannya
E. Aturan
Aturan ini mencakup tentang keevektifan organisasi, rantai komando dan hukuman. Jika pasukan tidak melaksanakan aturan, itu artinya satu strip menuju kekalahan.
2. Melancarkan Pertempuran
Sun-Tzu berprinsip, jangan terlalu lama dalam melakukan sebuah peperangan. Sebab, peperangan yang berkepanjangan tidak akan membawa keuntungan. Justru hanya akan menguras biaya tinggi, membuat moral pasukan Anda merosot, dan memberi kesempatan pada musuh Anda yang lain untuk menyerang.
Tak hanya itu, kebutuhan pasukan di medan tempur harus didapat dari wilayah musuh. Sebab, jika biaya untuk perang hanya mengandalkan dari pasokan negara, maka negara Anda akan bangkrut.
3. Merencanakan Serangan
Sun-Tzu mengatakan seni berperang paling baik adalah menjaga negara sendiri, sementara menghancurkan negara musuh adalah terbaik kedua. Karenanya, memenangkan seratus pertempuran bukanlah kesempurnaan tertinggi. Sebab, kesempurnaan tertinggi adalah meredam dan mengalahkan pasukan musuh tanpa harus bertempur.
Kebijakan militer terbaik menurut Sun-Tzu adalah menyerang strategi musuh, kedua menyerang persekutuan musuh, dan yang paling buruk adalah menyerang kota/negara bertembok alias benteng (zaman sekarang dapat diartikan wilayah yang dibentengi dengan pertahanan dan senjata yang kuat).
4. Menggunakan Mata-mata
Sangatlah tidak manusiawi jika seorang komandan/jenderal tak mengetahui kondisi dan situasi musuhnya. Orang seperti itu bukanlah komandan yang baik dan bukan peraih kemenangan. Pengetahuan awal merupakan syarat bagi seorang komandan/jenderal untuk menaklukan musuhnya. Oleh karena itu, peran mata-mata atau tim pengintai musuh mutlak diperlukan.
Menulis Buku Strategi Perang
Itulah strategi perang ala Sun-Tzu yang mendunia hingga sekarang. Bahkan seperti dikutip dari Bombastis.com, dengan berbekal pengalamannya dalam menyusun strategi perang dan juga praktik yang dilakukan di lapangan. Sun Tzu akhirnya menulis sebuah buku yang dikenal dengan The Art of War. Buku ini menjadi bacaan penting kaum militer di Tiongkok sejak Dinasti Zhao, Qi, Qin, Chu, Han, Wei, dan Yan. Semua kerajaan dan dinasti yang mengontrol Tiongkok bagian timur menggunakan buku ini sebagai buku teks wajib.
Buku ini akhirnya didengar oleh negara-negara barat di era yang lebih modern. Mereka mempelajari apa yang telah ditulis oleh Sun Tzu lalu mempraktikkannya dalam perang. Benar saja, banyak strategi perang Sun Tzu yang membuat beberapa negara menang dalam pertempuran.