Betapa tidak, Soeharto adalah presiden paling lama menguasai negeri ini, yaitu lebih dari 32 tahun. Jelas ini melebihi masa kekuasaan presiden pertama Republik Indonesia, yang berkuasa sejak tahun 1945 hingga 1967 atau sekitar 22 tahun.
Soeharto mulai menguasai negara Indonesia tak lama setelah peristiwa berdarah Gerakan 30 September Partai Komunis Indonesia (G 30 S PKI) yang terjadi pada tahun 1965 silam.
Seakan sudah ditakdirkan sebagai pintu masuk menuju kesuksesannya, peristiwa pembunuhan terhadap enam jendral dan satu perwira menengah yang terjadi pada tahun 1965 tersebut menjadi tonggak sejarah Soeharto menguasai Republik Indonesia.
Sejak saat itu karir politiknya seolah tak terbendung. Pria kelahiran Desa Kemusuk, Bantul, Jawa Tengah ini mampu menyingkirkan kekuasan Presiden Soekarno yang telah digenggamnya lebih dari 20 tahun dan kemudian digantikan oleh dirinya. Soeharto pun tercatat dalam sejarah sebagai Presiden Republik Indonesia yang ke-2.
Meski dikenal sebagai presiden yang sangat melindungi kekuasaanya dengan menciptkan iklim politik dan demokrasi yang benar-benar menguntungkan dirinya untuk tetap berkuasa selama-lamanya, Soeharto juga dikenal sebagai dengan presiden yang memiliki program jelas dalam pembangunan.
Salah satu buktinya, pada masa kepemimpinan Soeharto ada program yang cukup terkenal kala itu, yakni Repelita atau Rencana Pembangunan Lima Tahun untuk kemudian diwujudkan dengan Pelita atau Pembangunan Lima Tahun.
Masih di jaman Soeharto, Indonesia juga pernah mengalami masa-masa keemasan dengan mampu menjadikan negeri ini swasembada pangan, pada tahun 1984 silam.
Namun demikian, pada jaman Soeharto juga begitu banyak hal-hal miring yang terjadi. Satu yang sangat terkenal hingga hari ini tentu saja masalah KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
Ya, singkatan 'KKN' adalah salah satu singkatan yang akrab bagi masyarakat Indonesia. Sering kalau ada protes anti-pemerintah, singkatan KKN ini didengar dan diteriakkan oleh para demonstran atau ditulis di atas spanduk-spanduk. KKN ini mengacu ke korupsi, kolusi dan nepotisme dan yang sangat menyebalkan mayoritas penduduk Indonesia telah menjadi bagian intrinsik atau sudah mendarah-daging di pemerintah Indonesia, dan mencapai puncaknya selama rezim Orde Baru, Presiden Soeharto.
Cukup beralasan, karena pada jaman Soeharto begitu banyak orang-orang dekat atau sanak saudaranya yang mendompleng nikmatnya kekuasaan pria yang dikenal dengan sebutan bapak pembangunan tersebut. Entah itu akses kemudahan dalam pengurusan bisnis, atau bagi-bagi kueh proyek yang ada di tanah air.
Namun, kekuasaan Presiden Soeharto akhirnya harus tumbang pada tahun 1998 silam. Saat itu, dia dituntut mundur oleh ribuan mahasiswa yang menggelar aksi demo besar-besaran. Untuk kemudian peristiwa tersebut menjadi tonggak sejarah Indonesia menuju era baru yaitu reformasi yang masih berjalan hingga sekarang.
Demikian sekelumit perjalanan Soeharto saat dirinya berkuasa. Namun, tidak banyak yang tahu bahwa jauh sebelum dirinya menjadi presiden atau berkarir di ketentaraan, pria kelahiran 8 Juni 1921 ini merupakan pria yang lahir dari keluarga yang sangat sederhana. Bahkan harus jatuh bangun agar bisa survive dalam menghadapi kehidupannya sehari-hari.
Siapa sangka sebelum menjadi orang paling berkuasa di tanah air, Soeharto hanyalah seorang yang berada di desa kecil yang bernama Kemusuk, untuk kemudian setelah beranjak dewasa dia masuk menjadi seorang tentara hingga akhirnya mampu mencapai pangkat Jendral.