Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy Pilihan

"Horrorizado", Spanyol Temukan 9.222 Kasus Covid-19 dalam Sehari

1 April 2020   15:27 Diperbarui: 2 April 2020   19:01 123 11

jika diterjemahkan dalam bahasa Indonesia kurang lebih artinya ngeri atau mengerikan. Ya, kata ini rasanya pantas dialamatkan pada peristiwa yang terjadi di Negara Spanyol terkait masifnya pandemi virus corona (covid-19).

Bagaimana tidak ngeri, penyebaran virus corona di negara Matador itu sudah melebihi negara asal ditemukannya virus yang sudah menjadi pandemi global ini, yakni China.

Bahkan seperti dilansir detikcom, Spanyol pernah mencatat lonjakan positif covid-19 hingga mencapai 9.222 kasus dalam sehari. Hal ini terjadi pada Selasa (31/3).

Dengan lonjakan kasus ini, jumlah total kasus covid-19 di Spanyol melampaui 94 ribu kasus. Sementara untuk angka kematiannya mencapai 8.189 orang.

Dengan demikian, angka  kematian tersebut menjadikan Spanyol sebagai negara paling banyak kedua setelah Italia, yang sejauh ini mencapai jumlah 12 ribu lebih. Sedangkan untuk jumlah kasus positif terbanyak, Spanyol berada di peringkat ketiga, setelah Amerika Serikat dan Italia.

Memang, sebelumnya mungkin banyak yang menyangka bahwa jumlah kasus terbanyak dan angka kematian akibat keganasan virus corona hanya akan dirasakan oleh China saja sebagai sumber asal ditemukannya virus corona. Sementara negara-negara lain hanya merasakan dampaknya saja.

Tapi apa lacur, di saat Negeri Tirai Bambu ini sudah mampu menekan lonjakan kasus dan angka kematian, bahkan mulai berbenah diri untuk menata kembali wilayah atau negaranya yang sempat hampir lumpuh akibat virus corona, justru virus corona seperti menjadi bom waktu bagi negara lain. Khsusunya di tiga negara tadi, Amerika Serikat, Italia dan Spanyol.

Ya, ketiga negara ini boleh disebut sebagai negara terparah setidaknya hingga hari ini, Rabu (1/4/20). Bahkan seperti sudah disinggung di atas, Jumlah kasus dan kematiannya sudah melampaui negara China. Amerika saja yang hari kemarin angka kematiannya masih di bawah China, hari ini justru sudah melampauinya.

Seperti dilansir Kompas.com, angka kematian di Negara yang dipimpin oleh Presiden Donald Trump ini sudah mencapai 3.807 orang. Sedangkan China hanya 3.305 orang.

Menengok dengan pergeseran jumlah kasus positif dan kematian, China sudah bukan lagi episentrum pandemi virud corona tapi berpindah ke tiga negara tadi. Meski jika dilihat dari jumlah kasusnya, Amerika adalah yang terdepan.

Indonesia Jangan Sampai Jadi Episentrum Baru

Seperti halnya dengan negara-negara lain yang dihadapkan dengan masalah besar oleh mewabahnya virus corona, demikian pula dengan Indonesia.

Di tanah air sendiri, sejak ditemukannya kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020 lalu yang diumumkan langsung oleh Presiden Joko Widodo (Jokowi) hingga hari Rabu (31/3/20) naik beratus- ratus kali lipat.

Betapa tidak, menurut rilis data pemerintah yang disampaikan langsung oleh Juru Bicara khusus penanganan virus corona, Achmad Yurianto, jumlah kasus positif mencapai 1.528 orang dengan 136 diantaranya meninggal dunia dan 81 orang dinyatakan sembuh.

Sekali lagi penulis sebutkan, jumlah kasus ini bukanlah jumlah permanen. Artinya masih sangat besar kemungkinannya untuk bertambah. Meski sebenarnya penulis tidak berharap itu terjadi.

Berbagai upaya sebenarnya sudah diupayakan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran virus corona, seperti halnya yang sedang ngetrend hari ini yaitu social distancing dan work from home. Namun rupanya cara ini tidak efektif.

Kenapa?

Pasalnya, masih banyak masyarakat yang tidak mengindahkan himbauan atau anjuran pemerintah tersebut dengan masih melakukan aktifitas di luar rumah.

Prilaku "tidak disiplin" ini tentu saja tidak bisa sepenuhnya menyalahkan masyarakat, terutama bagi mereka yang bekerja di sektor informal. Patut dipahami mereka-mereka ini keluar rumah bukan untuk mencari kesenangan apalagi hiburan, melainkan mencari nafkah untuk menutupi kebutuhan hidup keluarganya.

Maka bisa dipahami kalau lonjakan kasus positif virus corona ini masih terus terjadi tiap harinya di tanah air.

Sadar jika ini terus dibiarkan akan sangat membahayakan bagi keselamatan dan kesehatan penduduk Indonesia. Akhirnya pemerintah mengambil cara baru yaitu pembatasan sosial berskala besar (PSBB)

Beda dengan sebelumnya hanya berupa himbauan, PSBB kali ini rencananya dibarengi instrumen lain berupa darurat kesehatan. Artinya, jika PSBB ini dilanggar maka ada sanksi hukum yang bakal diterapkan pada siapapun yang dianggap melanggar.

Seperti dilansir CNNIndinesia, dasar hukum PSBB dan darurat kesehatan adalah Undang-Undang Nomor 6 tahun 2018 tentang Kekarantinaan Kesehatan,

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun