Sorotan atau kritik tajam yang dialamatkan terhadap Dewas TVRI ini cukup beralasan, mengingat kinerja dan prestasi Helmy Yahya selama kepemimpinannya sejak penghujung 2017 lalu dipandang memuaskan.
Adik kandung Tantowi Yahya ini dianggap telah mampu mengangkat dan meremajakan kembali TVRI yang dalam beberapa tahun terakhir, terutama sejak televisi swasta nasional tumbuh subur seolah mati suri.
Ya, TVRI yang pernah menjadi primadona di hati masyarakat tanah air lambat laun mulai ditinggalkan penggemanya, sebab program atau acara yang disuguhkan kepada masyarakat terkesan monoton dan tidak menarik.
Hingga akhirnya, Helmy datang dan menjabat sebagai Dirut di penghujung tahun 2017. Perlahan namun pasti Lembaga Penyiaran Publik (LPP) TVRI mampu berbenah diri dan mampu mengembalikan kejayaan TVRI sebagai sumber informasi yang mendidik dan menghibur para pemirsa di tanah air.
Kebijakan Helmy yang paling tampak adalah digantinya logo TVRI jadi lebih menarik. Kemudian, dia juga menyuguhkan acara-acara sesuai dengan segmen dan selera masyarakat.
Sebut saja siaran langsung pertandingan kompetisi sepak bola Liga Primer Inggris dan siaran langsung pertandingan bulutangkis, baik di tingkat nasional maupun tingkat BWF Tour Series. Wajar kiranya, TVRI akhirnya menasbihkan diri sebagai "House of Badminton".
Tapi, di saat TVRI sudah kembali dilirik oleh pemirsa di tanah air, tiba-tiba Dewas TVRI memutuskan untuk memecat Helmy di tengah jalan, dengan dalih bahwa pria yang dijuluki raja kuis ini telah membawa LPP TVRI melenceng dari marwah dan harga diri bangsa. Anehnya, surat pemecatannya tidak ditandatangani oleh seluruh anggota Dewas.
Alasan ini yang akhirnya dianggap terlalu mengada-ngada dan dikritik sejumlah kalangan. Kendati demikian, beragam kritik itu tetap saja tidak mampu menyelamatkan Helmy dari posisinya selaku Dirut LPP TVRI.
Tapi, belum lama Helmy dipecat. Hari ini, Jumat (27/3), Dewas TVRI kembali menonaktifkan tiga direktur lainnya.
KEMBALI KE ARTIKEL