serentak 2020 yang rencananya bakal digelar pada September mendatang telah memaksa para partai politik di tanah air melakukan gerak cepat dengan menyiapkan kader-kader terbaiknya untuk "ditarungkan" pada kontestasi pemilihan pimpinan daerah.
Tentu, dalam prosesnya, baik partai maupun si calon kepala daerah tidak asal punya keinginan atau niat semata. Tapi juga harus memenuhi kriteria yang sudah ditentukan masing-masing partai, untuk kemudian dinilai dan diputuskan, siapa-siapa saja yang berhak diusung oleh partai bersangkutan.
Terkait itu, PDIP sepertinya sudah melaksanakan proses seleksi dan penjurian pada setiap kader yang mempunyai niat jadi calon kepala daerah untuk kontetasi Pilkada serentak 2020.
Bahkan, partai yang dinahkodai Megawati Soekarno Putri ini telah mengumumkan sebagian calon-calonnya, Rabu (19/2/2020), di Kantor DPP PDIP, Jalan Lenteng Agung, Jakarta.
Hanya saja, hasil pengumuman tersebut, sedikit membuat penulis kecewa. Pasalnya, apa yang ditunggu-tunggu tentang siapa nama calon kepala daerah yang diusung PDIP untuk Kota Solo, nyatanya ditunda hingga bulan Maret mendatang.
Bukan menafikan calon-calon kepala daerah lainnya. Sejujurnya pengumuman nama calon kepala daerah untuk Kota Solo memang lebih menarik perhatian. Karena di sana persaingan sengit antara dua calon yang kekuatannya relatip berimbang dan sama-sama berpotensi menang, pada Pilwakot Solo 2020 mendatang.
Namun lebih dari itu, sebenarnya yang membuat Pilwakot Solo menyedot perhatian publik termasuk penulis adalah adanya nama putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka.
Ya, pada saat Gibran memutuskan terjun dalam kancah politik, hampir semua perhatian publik termasuk pengamat politik tertuju padanya.
Perhatian ini wajar, mengingat Gibran sebelumnya boleh disebut tidak punya track record apapun dalam kepengurusan partai. Dia tak lebih dari seorang pengusaha muda kuliner cukup sukses dan seorang anak pemimpin negeri.
Gibran tiba-tiba mendaftarkan diri sebagai kader PDIP Kota Solo, lalu tak lama kemudian mendaklarasikan diri ingin maju pada pemilihan Walikota (Pilawakot) Solo.
Segala sesuatu yang serba mendadak ini terang saja membuat publik kaget. Punya kekuatan apa suami dari Selvi Ananda ini begitu ngotot maju Pilawakot. Tak mengherankan, jika akahirnya publik pun mengaitkannya dengan status ayahnya yang merupakan Presiden RI.
Bahkan, dari situlah isu berkembang bahwa Presiden Jokowi tengah coba menjajaki jalan untuk membuat dinasti politiknya. Karena harap diketahui, tidak hanya putra sulungnya yang bakal nyalon Pilkada, menantu dan kerabatnya juga malakukan hal serupa di daerahnya masing-masing.
Tapi, langkah Gibran untuk maju pada Pilwakot Solo tidak begitu mulus. Ayah Jhan Ethes ini ditolak Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDIP Kota Solo, dengan alasan telah lebih dulu mengusung calon lain, yakni pasangan Ahmad Purnomo - Teguh Prakosa.
Kedua orang ini adalah kader-kader terbaik dan berpengalaman PDIP di Solo. Ahmad saat ini tengah menjabat Wakil Walikota, sedangkan Teguh merupakan mantan Ketua DPRD Kota Solo, periode 2014-2019.
Mendapat penolakan tidak membuat Gibran surut langkah. Dia terus mencari dukungan dan "kendaraan" politik, hingga akhirnya ditampung oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) PDIP Jawa Tengah.
Dari sinilah, konstalasi politik Kota Solo mulai memanas. Betapapun PDIP jadi mempunyai dua calon yang sama-sama memiliki keunggulan dan berpotensi menang.
Pasangan Ahmad - Teguh jelas merupakan pasangan pengalaman yang popularitasnya sudah tidak diragukan untuk internal PDIP Solo.
Sedangkan Gibran, meski merupakan anak baru tapi nama besar ayahnya selaku presiden dan pernah menjabat Walikota Solo, diyakini mampu mendongkrak popularitas Gibran.
Selain itu, Sepak terjangnya dalam bisnis kuliner yang digelutinya juga cukup mampu melambungkan nama Gibran, khususnya di kalangan anak muda Kota Solo.
Hal ini menjadikan peta persaingan di internal PDIP Solo menjadi sengit dan bingung menjatuhkan pilihan. Jalan satu-satunya yang mampu memutuskan siapa yang berhak maju dalam pencalonan hanyalah Ketua Umum (Ketum) PDIP, Megawati Soekarno Putri.
Nah, ini mungkin yang menjadi alasan kenapa pengumuman calon untuk Pilwakot Solo menjadi menarik dan ditunggu-tunggu. Tapi, rupanya seorang Megawati pun masih kebingungan. Terbukti, pengumumannya harus ditunda hingga bulan Maret mendatang.
Dinamika Internal DPP Inginkan Gibran
Berangkat dari ditundanya pengumuman nama calon kepala daerah Kota Solo, penulis dan siapapun yang tertarik harus sedikit bersabar. Ahmad Purnomo -Teguh ataukah Gibran yang bakal direkomendasi, terpaksa masih menjadi teka-teki.
Tapi, jika mencermati dinamika yang terjadi di internal DPP PDIP, nada-nadanya Gibran lah yang lebih diunggulkan.
Terbukti, seperti dilansir CNNIndonesia, Ketua DPP PDIP, Ahmad Basarah, terang-terangan menginginkan Gibran yang maju sebagai calon Walikota Solo 2020.
"Secara dinamika politik internal di DPP (PDIP), keinginan mencalonkan Gibran sebagai cawalkot Solo itu besar," kata Basarah kepada wartawan di Kompleks Parlemen, Senayan pada Sabtu (22/2).
Masih dilansir CNNIndonesia, keinginan ini menurut Ahmad, bukan sekedar latar belakang Gibran sebagai anak presiden. Melainkan, Gibran merupakan sosok milenial.