Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik Pilihan

Demokrat Dukung Gibran, Cara SBY "Dekati" Jokowi?

5 Februari 2020   20:05 Diperbarui: 5 Februari 2020   20:16 392 41
Umum Kepala Daerah (Pemilukada) serentak gelombang keempat akan digelar pada bulan September, tahun 2020 ini.

Daerah-daerah yang akan menyelenggarakan Pemilukada serentak tahun ini jumlahnya mencapai 270. Meliputi pemilihan kepala daerah provinsi dan kabupaten/kota, termasuk salah satunya adalah Kota Solo, Jawa Tengah.

Pada pemilihan Wali Kota Solo ini, Putra sulung Presiden Joko Widodo (Jokowi), Gibran Rakabuming Raka, kemungkinan besar akan turut meramaikan bursa calon kepala daerah di Kota batik tersebut.

Saat ini, pengusaha muda sukses di bidang kuliner tersebut sudah ditasbihkan menjadi bakal calon (Balon) Wali Kota Solo dari PDI Perjuangan. Meski begitu, bukan Dewan Pimpinan Cabang (DPC) PDI Perjuangan Kota Batik yang mendukung Gibran. Melainkan para pengurus yang berada di atasnya, yakni Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Jawa Tengah.

Hal ini terjadi, karena DPC PDI Perjuangan Kota Solo tidak menerima Gibran. Mereka lebih memilih pasangan Ahmad Purnomo dengan Teguh Prakosa.

Berangkat dari terjadinya dua faksi tersebut, akhirnya publik Kota Solo, khususnya kader PDI Perjuangan masih belum bisa memastikan, siapa yang nantinya akan diberikan rekomendasi oleh Ketua Umum PDI Perjuangan, Megawati Soekarno Putri untuk maju pada Pilwakot Solo 2020.

Rupanya belum adanya kepastian siapa calon dari PDI Perjuangan yang akan bertarung memperebutkan kursi Kota Solo satu, membuat partai-partai lain turut mengintip dan berantusias mendukung Gibran. Salah satunya adalah Partai Demokrat.

Bahkan, dukungan Partai Demokrat terhadap Gibran ini telah mendapat restu dari Dewan Pimpinan Pusat (DPP). Dalam hal ini langsung dari Ketua Umumnya, Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY).

Bentuk dukungan yang diberikan Partai Demokrat terhadap Gibran rupanya tidak main-main. Seperti dikatakan Ketua DPC Partai Demokrat Kota Solo, Suprianto, mengikat pada seluruh elemen kader partai. Karena sudah direstui langsung SBY.

"Mendukung Mas Gibran adalah keputusan Partai Demokrat yang secara otomatis mengikat ke pengurus dan kader se-Solo," jelasnya, dikutip dari TribunSolo.com, Senin (3/02/2020).

Selain itu, Suprianto juga menegaskan, terhadap para kader partai yang tidak mematuhi keputusan DPP Partai Demokrat, berpotensi dipecat.

"Kalau pengurus di setiap tingkatan wajib untuk menjalankan Keputusan DPP Partai Demokrat, kami DPC mengamankan," ungkapnya.

"Kalau tidak mengamankan keputusan DPP Partai Demokrat sanksi terberatnya kami pecat," imbuh Supriyanto.

Namun, bentuk kesungguhan dukungan dari Partai Demokrat ini tidak serta merta diterima Gibran. Pasalnya, dia masih berharap besar dan memilih menunggu keputusan dari DPP PDI Perjuangan.

"Terima kasih untuk dukungannya," ujar Gibran, dikutip dari TribunSolo.com, Selasa (4/2/2020).

"Tunggu nanti dulu saja, tunggu rekomendasi dulu," ungkap Gibran Rakabuming.

Terlepas dari diterima atau tidaknya dukungan dari Demokrat, nantinya. Penulis masih sangat meyakini dalam politik tidak ada istilah makan siang gratis. Segala sesuatu yang diberikan pastilah berharap imbalan atau pamrih.

Pertanyaannya, apa yang diinginkan Partai Demokrat, sehingga mereka begitu serius menyatakan dukungannya terhadap Gibran Rakabuming Raka? Menurut hemat penulis ada beberapa kemungkinan yang diinginkan partainya SBY ini.

Pertama, Partai Demokrat merasa potensi Gibran untuk memenangi Pilwakot Solo sangat besar. Bagaimanapun nama Gibran sudah cukup populer di Kota Batik ini. Tidak hanya populer, kakak dari Kahiang Ayu ini juga boleh jadi akan didompleng oleh nama besar ayahnya yang nota bene orang nomor satu di republik ini.

Dengan demikian, jika akhirnya Gibran bisa memenangi Pilwakot Solo dan Demokrat ikut andil. Baik langsung atau tidak langsung akan mendapatkan keuntungan bagi peningkatan elektoral partai Demokrat. Setidaknya di Kota Solo.

Kedua, bentuk dukungan Demokrat yang begitu antusias boleh jadi adalah cara SBY untuk lebih mendekatkan diri dengan kekuasaan, dalam hal ini Jokowi. Bagaimanapun, Demokrat saat ini memiliki "putra mahkota" yang ada dalam diri Agus Harimurti Yudhoyoni (AHY).  

Sebagai "putra mahkota" sejatinya mendapatkan panggung politik yang memadai. Nah, panggung itu sendiri bisa didapatkan jika berada dekat kekuasaan. Ingat, take and give dalam dunia politik adalah rumus pasti dan tidak bisa disangkal lagi. Dimana ada dukungan, di sana pula ada harga yang harus dibayar.

Penulis kira itu diantaranya yang mungkin diinginkan SBY atas bentuk dukungannya terhadap Gibran. Perkara diterima atau tidaknya bentuk dukungan tersebut, tentu saja masih harus melihat perkembangan politik kedepannya. Seperti diutarakan Gibran, bahwa dirinya masih menunggu putusan rekomendasi dari DPP PDI Perjuangan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun