Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Jakarta Dikepung Banjir, Ah Udah Biasa!

1 Januari 2020   19:05 Diperbarui: 1 Januari 2020   19:42 747 20
awal tahun baru 2020, sebagian wilayah DKI Jakarta kembali dikepung banjir. Banjir itu sendiri terjadi setelah hujan yang menerpa ibu kota dan sekitarnya, sejak Selasa sore (31/12/2019) hingga Rabu pagi (1/1/2020).

Setelah menonton tayangan di salah satu televisi swasta nasional, dimana genangan air mencapai satu meter lebih di beberapa titik. Bahkan, dikabarkan pula sampai ada korban yang meninggal dunia. Penulis lantas teringat pada salah seorang sahabat dekat yang sudah sejak hampir satu dekade lalu menetap di Jakarta.

Tanpa pikir panjang, penulis akhirnya coba menilpun, khawatir terjadi apa-apa dengannya.

"Bro, Jakarta banjir lagi! Gimana keadaan kamu dan keluargamu, baik-baik saja?"

Ditanya begitu, penulis pikir dia akan menjawab lirih atau gelisah dengan kondisi banjir di wilayah jakarta dan sekitarnya.

"Kaya tidak tahu saja. Ah, biasa kan Jakarta banjir," jawab kawanku, lalu terkekeh. Tak ada suara lirih apalagi lagi sedih yang penulis tangkap lewat sambungan tilpun tadi.

Ada sedikit lega, bahwa ternyata sahabat penulis tersebut ternyata keadaannya baik-baik saja, tidak kurang satu apapun. Namun, dibalik jawaban sahabat yang seolah santuy saja atas banjir yang menerpa. Penulis merasa, bukan semacam jawaban pasrah atas kondisi yang ada. Melainkan bentuk kekesalan yang hanya bisa dipendam dalam dada.

Kata-kata "ah, biasa" yang dilontarkan sahabat penulis, seolah ingin menegaskan bahwa bukan Jakarta namanya kalau tidak ada banjir dan sebenarnya mereka sangat ingin bebas dari bencana yang sudah seperti agenda tetap tahunan.

Ya, memang tidak bisa dipungkiri. Setiap kali musim hujan datang, Jakarta selaku saja dilanda bencana banjir. Seolah, Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta, sudah kehabisan akal bagaimana caranya mengurai permasalahan ini.

Tentu saja, maksud penulis tidak hanya Gubernur DKI Jakarta saat ini, Anies Baswedan, yang tidak mampu membuat terobosan dalam hal pencegahan banjir di Jakarta. Melainkan gubernur-gubernur sebelumnya pun setali tiga uang, takluk pada kondisi yang ada.

Segala program, segala cara katanya telah mereka lakukan guna mencegah terjadinya banjir di Jakarta. Tapi, hasilnya seperti kita lihat bersama, banjir terus saja "hadir" dalam kehidupan masyatakat DKI Jakarta.

Kembali pada bencana banjir yang sedang terjadi sekarang di DKI Jakarta. Berdasarkan catatan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), penyebab terjadinya banjir yang hampir mengepung ibu kota adalah curah hujan yang sangat tinggi. Bahkan, yang terekstrem dibandingkan sejak 1996 silam.

"Kota Jakarta sudah sering dilanda banjir besar," ujar Kepala Pusat Data Informasi dan Komunikasi BNPB Agus Wibowo dalam keterangan pers.

lanjut Agus, Dari catatan BNPB berdasarkan informasi dari BMKG, sejak 1996 curah hujan yang melanda Jakarta pada awal tahun ini adalah yang terbesar.

"Data dari beberapa titik pengukuran adalah sebagai berikut: TNI AU Halim 377 mm, Taman Mini 335 mm, Jatiasih 259 mm," kata Agus.

Sementara itu, data curah hujan ekstrem yang membuat banjir besar di Jakarta dan sekitarnya pada 1996 adalah 216 mm/hari, 2002: 168 mm/hari, 2007: 340mm/hari, 2008: 250mm/hari. Kemudian 2013: 100mm/hari, 2015: 277mm/hari, 2016: 100 - 150 mm/hari.

"Hujan tahun baru kali ini sangat ekstrem dan melanda sebagian besar Jawa bagian Barat-Utara sehingga menyebabkan banjir besar yg merata di Jakarta, Tangerang, Bekasi, Bandung Barat, bahkan Cikampek dan Cipali. Hujan kali ini bukan hujan biasa," tutur Agus.

Menurut Agus, sebenarnya curah hujan yang tinggi ini sebetulnya sudah diprediksi dan diperingatkan BMKG. Selain itu, BMKG memprediksi masih ada kemungkinan terjadi hujan pada hari ini. Walhasil, kata dia, masih mungkin terjadi banjir lagi.

"BNPB mengimbau kepada masyarakat yang tinggal di daerah yang potensi banjirnya akan meninggkat agar evakuasi ke tempat aman terlebih dahulu.

Selain itu, curah hujan yang tinggi dari hulu hingga hilir, tinggi permukaan air laut pun memengaruhi banjir yang terjadi pada hari ini.

"Tinggi permukaan air laut 184 centimeter padahal normalnya berada di bawah 100 centimeter sehingga air yang ada di darat tak bisa mengalir ke laut," ujar Kepala BNPB Doni Monardo dalam jumpa pers di kawasan Monas, Jakarta Pusat, petang ini.

Banjir di Jakarta dan sekitarnya terjadi akibat luapan air setelah hujan tanpa henti terjadi sejak Selasa petang pada 31 Desember 2019. Luapan air kemudian melanda sejumlah titik di Jakarta dan sekitarnya pada awal 2020 ini.

Wassallam

Sumber : di sini

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun