Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Dari Blue Energy, Super Toy dan Kini Meirika Franola

14 November 2012   17:44 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:21 3235 2
MASIH ingat Pupuk Nutrisi Saputra, Blue Energi dan Padi Super Toy HL2? Pada awal kemunculan masing-masing, ketiganya diklaim sebagai hasil temuan teknologi luar biasa yang bukan saja memukau Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY), tapi patut diberi penghargaan.

Nutrisi Saputra yang katanya dapat menyuburkan tanah sehingga dapat meningkatkan hasil panen sampai berkali lipat, dipandang dapat menjadi jalan keluar bagi krisis pangan yang sering melanda Indonesia. Umar Hasan Saputra, dosen IPB yang menemukan pupuk ini pada 2006 sampai membuat SBY terkesima ketika mendengar presentasinya.

Namun hasil ujicoba yang dilakukan oleh Badan Litbang Pertanian, Departemen Pertanian, menemukan hasil yang bertolak belakang. Pupuk ini justru dapat merusak tanah karena hanya mengandung satu dari 16 unsur minimal suatu produk pupuk.

Padahal, pupuk ini sudah terlanjur menyebar sampai ke petani setelah SBY memerintahkan para Gubernur dan Menteri untuk mendengarkan presentasi Saputra. Dan benar terbukti, pupuk ini tidak memberikan manfaat sama seperti pemaparan gemilang dari sang penemu.

Berikutnya blue energy. Bahan bakar non fosil yang berasal dari air laut itu ditemukan oleh seorang pria asal Nganjuk bernama Joko Suprapto. Sama seperti Nutrisi Saputra, Joko juga mampu membuat SBY kegiarangan hingga membentuk tim untuk pengembangan blue energy, bahkan sudah memberi nama atas temuan itu sebagai "Minyak Indonesia Bersatu".

Blue energy bahkan lebih hebat karena Presiden SBY mengumumkan kepada dunia mengenai proyek energi baru berbahan baku air tersebut. Saat konferensi internasional Global Warming di Bali, akhir 2007, Minyak Indonesia Bersatu turut dipamerkan.

Namun saat akan mulai diproduksi menjelang peringatan 100 Tahun Kebangkitan Nasional, 20 Mei 2008 Joko Suprapto sang penemu justru menghilang. Universitas Gajah Mada (UGM), Yogyakarta yang pernah diminta sang penemu untuk membiaya proyeknya itu mengklaim bahwa Joko Cs hanyalah penipu berkedok ilmiah. Lagi-lagi SBY tertipu.

Mendekati akhir tahun 2008, temuan padi Super Toy HL2 kembali membuat wajah Presiden SBY berseri. Seperti tidak belajar dari dua kasus sebelumnya, Presiden langsung saja percaya akan hebatnya padi jenis baru ini dapat menghasilkan 15 ton setiap hektar tersebut. Sementara normalnya, satu hektar lahan sawah hanya mampu memproduksi gabah antara tiga hingga empat ton.

Namun apa lacur, para petani yang disarankan untuk menanam padi Super Toy HL2 justru marah- marah. Para petani mengalami gagal panen. Bukannya hasil yang melimpah sesuai janji akan tetapi hasil panen berada di bawah normal.

Dalam tiga tahun berturut-turut, SBY tertipu tiga penemuan dahsyat tersebut. Lantas yang jadi pertanyaan, bagaimana sampai tiga temuan tersebut bisa masuk ke Istana?

Ada satu nama yang kemudian dianggap bertanggung jawab. Staf khusus Presiden bernama Heru Lelono ditengarai yang membawa informasi ketiga penemuan itu ke istana, sebab dia juga yang menjadi pimpinan proyek dari blue energy dan padi Super toy HL2.

Beberapa pekan terakhir, situasi di istana sedang memanas. Meirika Franola alias Ola, narapidana mati kasus narkoba yang menerima grasi presiden menjadi hukuman seumur hidup ternyata diduga mengendalikan penyelundupan barang haram dari balik jeruji besi. Peran wanita 42 tahun itu diketahui setelah Badan Narkotika Nasional menggagalkan penyelundupan narkoba jenis sabu dari India.

Banyak pihak menuding Presiden melakukan blunder karena memberikan grasi kepada bandar narkoba. Bahkan Ketua Mahkamah Konstitusi, Mahfud MD menduga ada mafia narkoba di istana yang membisiki Presiden sehingga Ola yang nota bene adalah bandar narkoba mendapat grasi. Dugaan ini lantas membuat hubungan antara Mahfud dengan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Sudi Silalahi memanas.

Apakah kali ini ada pembisik yang menggolkan permohonan grasi Ola? Banyak orang melihat akan hal ini sehingga desakan agar Presiden melakukan penyelidikan internal sangat kuat. Namun, melalui Mensesneg Sudi Silalahi, SBY menegaskan untuk tidak menempuh langkah itu. SBY sendiri telah menyatakan bertanggungjawab sepenuhnya atas pemberian grasi yang menjadi hak prerogatif Presiden. (dari berbagai sumber)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun