Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Partai Lokal Aceh, Senjata Makan Tuan!

31 Maret 2014   08:55 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:16 369 0
Diskusi dengan om M.Nur Djuli beberapa waktu lalu sangat menarik. Terlebih lagi saat M.Nur Djuli menjelaskan kronologis peristiwa bersejarah perundingan damai MoU Helsinsky antara pihak GAM sebagai wujud aspirasi rakyat Aceh dan pihak RI sebagai pemerintah. Menurut M.Nur Djuli, hal yang paling alot dibicarakan dalam perundingan itu adalah mengenai adanya partai lokal. Ini seolah menjadi senjata bagi GAM dan sangat sulit untuk disetujui oleh pihak RI. Bahkan (lagi lagi menurut pengakuan M.Nur Djuli) perundingan hampir saja batal jika hal ini tidak disetujui. Untunglah wapres saat itu, Jusuf Kalla yang (rupanya) mengikuti seluruh proses perdamaian ini ketika ditanyai tentang adanya parlok, beliau menyetujuinya (setelah berbagai petimbangan tentunya) Sehingga perundingan terus berlanjut.

Kekhawatiran pihak RI tentang adanya parlok yang disangkakan sebagai 'senjata' nya GAM rupanya tidak tepat. Malah dikemudian hari Parlok menjadi 'bumerang' bagi Aceh. Lihat saja kondisi Aceh saat ini. Media-media lokal di Aceh menjelang pemilu 2014 setiap hari diwarnai oleh berita tentang berbagai aksi kekerasan,intimidasi,teror,pemukulan bahkan sampai pembunuhan. Miris sekali bukan? Dan itu terjadi antara sesama masyarakat Aceh, sesama muslim, hanya beda parlok saja!

Dari tiga partai lokal yang menjadi peserta pemilu tahun 2014 ini, 2 parlok diantaranya adalah yang sering 'diisukan' oleh media sedang 'berkonflik' yaitu PA dan PNA. Dua partai yang didirikan oleh para mantan kombatan GAM, orang-orang yang 'harusnya' tahu dan memang 'paling' tahu apa tujuan dari perdamaian Helsinsky.

Berikut tiga partai lokal aceh yang menjadi peserta pemilu 2014, chek it out!

Partai Damai Aceh (PDA)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun