Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

[Pilkades Rangkat] Keputusan Sekar

25 November 2012   16:03 Diperbarui: 24 Juni 2015   20:41 130 2
Hatchiu!!!!

Fietry mengelap ingus. Sudah seminggu ini ia terserang flu yang tak kunjung mau sembuh, akibat kehujanan waktu naik sepeda pulang ke rumah. Seharian Fietry hanya bisa meringkuk di kamar, mencoba beristirahat total karena beberapa hari ini tak sempat istirahat, harus tetap kejar berita dan endingnya selalu sama, kehujanan saat pulang. Untung hari ini Om Repotter mengijinkannya istirahat full di rumah.

Hattcchiiii!!!

Fietry kembali bersin, entah sudah berapa boks tisu ia habiskan untuk mengelap ingus. Abah Dian Kelana datang membawakan teh hangat dan obat flu padanya.

"Fietry, minum obatnya dulu ya, Nak.

"Makasih Abah." Ucap Fietry seraya meminum teh manis hangat dan obat yang di berikan abahnya.

"Teteeeehhhhh.....!!!!" Bimo tergopoh-gopoh datang ke kamar Fietry.

"Bimo, berisik! ada apaan sih? pake teriak-teriak segala? udah tahu tetehmu ini lagi sakit." seru Fietry dg kesal.

"Itu Teh. Udah tahu belum kalo Teteh Sekar Mayang ngundurin dari pencalonan Kades?" tanya Bimo.

"WHAAATTTTSSSS!!!!!!?????" Fietry terbelalak, matanya yang sipit seketika membulat, tapi bola matanya tetep gak bisa keluar karena lubangnya terlalu kecil.

"Eh, Fiet. Anak gadis gak boleh mangap gitu." Abah Dian Kelana mengingatkan. Fietry segera mingkem.

"Iya, beneran Teh. Tadi Bimo lihat Teteh Sekar nyopot posternya di Pos Ronda bareng Kang El Hida. Katanya dia mau ikut pemilihannya tahun depan aja." Bimo menjelaskan.

"Kok bisa gitu sih?!! Musti hubungin mbak Sekar ini, aku harus dapat penjelasan kenapa dia ngundurin diri." Fietry bangun dari tempat tidur, namun seketika ia limbung. Kepalanya terasa pening sekali, ia kembali duduk di ranjang.

"Sabar, Nduk. Jangan kebawa emosi gitu. Nak Sekar pasti punya penjelasan mengapa ia melakukan itu." Abah Dian Kelana mencoba menasehati.

"Tapi, Abah. Aku udah kasih suaraku buat dia. Sia-sia dong aku vote dia kalo gitu mah." sesal Fietry.

"Gak ada yang sia-sia. Setidaknya kamu telah menggunakan hak pilih kamu, dan kamu juga telah berperan aktif dalam pesta demokrasi di Desa Rangkat yang kita cintai ini."

"Ho oh, Teh. Bener tuh kata Abah." Bimo mendukung perkataan Abahnya.

Fietry diam, merebahkan badannya ke kasur. Kepalanya terasa pusing sekali, tak mampu mencerna fenomena yang terjadi. Dan karena pengaruh obat flu tadi, akhirnya Fietry tertidur pulas.

***

"Assalamualaikum..." suara lembut berseru dari balik pintu.

Bimo beranjak membuka pintu, seorang perempuan berjilbab dengan pipi tembem berdiri di depan pintu membawa sebuah kantong kresek yang besar.

"Oh, Teteh Sekar. Ada apa ya?"

"Aku mau ngejenguk Fietry, katanya lagi sakit ya?" Kata Sekar.

"Iya, udah seminggu tuh bersin-bersin mulu.  Tapi orangnya lagi tidur, Teh. Apa perlu aku bangunin?" tanya Bimo.

"Enggak usah, biarin dia istirahat. Tapi Teteh boleh liat ke kamarnya kan?"

Bimo mengangguk. Sekar melangkah masuk ke kamar Fietry yang sedang terlelap. Meletakkan bungkusan yang ia bawa berisi kripik bermacam rasa.

"Maafkan Mbak, Fiet. Bukan Mbak gak menghargai dukunganmu terhadap Mbak. Hanya saja Mbak rasa belum waktunya. Semoga kamu mengerti dengan keputusan yang Mbak ambil." Sekar berkata pelan, takut mengganggu tidur Fietry.

Fietry yang sedang tertidur pulas tiba-tiba nyengir, membuat Sekar yang melihatnya tersenyum, ia lega karena Fietry mengerti penjelasannya. Sekar mencium pipi Fietry sekilas kemudian berpamitan pulang pada Pak Dian dan Bimo.

Sementara itu, dalam tidurnya Fietry masih nyengir. Sesekali ia mengigau.

"Ih...Mas Lala romantis banget deh, makasih ya bunga teratainya. hehehe."

Pak Dian dan Bimo yang mendengarnya terlongo.

-------------------------------------------------

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun