" Selamat ya Fiet, kamu dapat medali perunggu. Kemarin dapat perak kan?"
" Iya, Mbak. Meskipun badanku babak belur abis pertandingan taekwondo kemarin. Tapi yang lebih menyedihkan lagi, aku gak bisa ngerayain kebahagiaan ini sama orang yang aku sayang." Fietry mengeluh sedih.
" Loh, kamu belum ketemu juga sama cowok pujaan kamu? kata Ismaharani kamu kesengsem sama cowok yang kamu temui di pos ronda waktu hujan."
" Itu dia masalahnya, Mbak." Fietry menghempaskan badannya ke kursi, Icha ikut duduk di sampingnya.
" Dia di usir sama mas Hans. Aku tahu Mas Hans ngelakuin itu biar dia bebas deketin aku, tapi kenapa coba dia mesti ngusir cowok cakep itu? sedangkan dia masih sibuk larak-lirik cewek-cewek rangkat yang cantik-cantik."
Termasuk gue nih. batin Icha. sementara Fietry melanjutkan curhatnya.
" Mas Hans tuh seharusnya tegas, kalo emang dia milih aku. Cepet lamar dong, jangan di gantung gini. Kalo emang dia milih yang lain, buruan putusin siapa. Biar aku bebas dari kungkungan posesifnya dia. Biar aku bisa deket sama siapapun yang aku mau tanpa digangguin sama dia."
" Jadi sebenarnya kamu suka gak sih sama Aa Kades?" tanya Icha penasaran. Fietry menoleh pada Icha dan memandang Icha lekat-lekat.
" Mbak, prinsip hidup aku itu: aku akan mencintai siapapun yang bersedia menghalalkan diriku untuk dia sentuh. Asalkan dia baik, bertanggung jawab, dan sayang sama aku."
Busyet! saingan berat nih! pikir Icha.