Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Biarkanlah

30 Januari 2021   17:19 Diperbarui: 30 Januari 2021   17:58 220 54
Sekian lama debu menumpuk di hatimu, hingga kering gersang menghampari di tiap sudut. Menutup lekat dindingnya. Tersisa hening mencengkram, lalu kau banyak diam menatap lekat di depan belati kenangan yang masih siap merobek luka lama.

Sering kau duduk memantrai senja yang meringkih. Sibuk menghitung detik-detik yang melumpuh. Menggulung keramaaian diantara kaki-kaki langit yang kian rapuh digantikan malam pelepas lelah.

Di perjumpaan malam, setangkai do'a pengiring kaki-kaki kecil riang menuju ruang penghambaan. Namun kau tetap membisu. Tenggelam dalam pusaran kenikmatan racikan amarah tak berguna. Untuk apa kau sembunyi dirimbunan kesumat penuh kenangan berdaki?

Semakin kau tenggelam dipusaran kesumat, kau kian terjerumus di luka baru tak berkesudahan. Merenggut detik hari-hari bahagiamu yang kian menjauh. Ingatlah, takkan ada yang sempurna. Segalanya dalam genggamanNya.

Tataplah sedetik saja. Bukankah sajadah panjang telah terhampar? Tidakkah sedikit saja buka pintu hatimu. Biarkan pula air kesadaran membasuh pelan, meresap ke segenap pori-pori raga.

Biarkanlah karat amarah dan kesumat luntur terbasuh seiring tetesan-tetesan sejuk yang menitik. Lepaskanlah rindu menghambur di sujud terdalam teriring rinai butiran bening. Biarkan keikhlasan yang bicara. Kelak kau kan temukan damai di dada seluas saujana.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun