Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Pilihan

Peningkatan Kompetensi Guru melalui Pelatihan Daring

5 Maret 2020   20:17 Diperbarui: 6 Maret 2020   01:30 684 7
Guru kok takut dengan tes terhadap dirinya ya? Terbukti ketika gladi bersih UNBK 2020 ini tak sedikit guru yang khawatir hasilnya akan jelek. Malu katanya. Kenapa bisa? Padahal hari-hari tugasnya memberikan tes pada peserta didik.

Namun, ketika harus berhadapan langsung dengan tes yang mengharuskan guru menjawab bermacam-macam seloroh keluar dari mulut mereka. Ingin belajar lagi akh. Ingin membaca lagi, ingin mendalami materi lagi, dan seterusnya.

Padahal jelas-jelas, sebelum berdiri di depan kelas guru sudah dibekali dengan setidaknya dua kompetensi yaitu kompetensi pedagogik dan kompetensi keprofesionalan. Penguasaan kedua kompetensi ini harus benar-benar mendarah daging pada guru. Tidak saja hanya dalam tataran hapalan, atau keterampilan saja. Namun penghayatan dan penjiwaan juga perlu ditamankan.

Dalih yang dikemukakan pun beraneka ragam. Mulai dari tugas tambahan yang banyak menyita perhatian, seperti guru yang merangkap sebagai bendaharawan BOS, Operator Dapodik, dan Tugas lain yang secara langsung tidak berhubungan dengan tugas utamanya di dalam kelas.

Akhirnya, topoksi yang harusnya dicermati dan dihayati malah lenyap perlahan hingga hapalan pun terhadap kompetensi hilang. Kalau sudah begini apa yang harus dilakukan.

Maka dari itu, penyegaran berupa pelatihan guru mutlak diperlukan. Baik dalam tatap muka dengan waktu yang ditentukan, maupun dengan daring (dalam jaringan). Untuk pelatihan semi daring, dengan model in - on - in saat ini sangat digemari. Dengan alasan penghematan anggaran tentunya.

Apa pun model pelatihan yang diterapkan, efektifitas dan efesiensi dari pelatihan tetap menjadi prioritas. Materi pelatihan, serta pemberi materi yang kompeten menjadi faktor penentu, disamping niat dan kemauan yang kuat dari guru peserta pelatihan tersebut.

Demikian juga tindak lanjut setelah selesai pelatihan juga menjadi kunci pelatihan berhasil. Keseragaman antara guru yang dilatih, kepala sekolah sebagai penentu kebijakan yang ada di sekolah, dan pengawas pembina harus selaras dan serasi. Jangan sampai ketiga unsur yang berpan penting ini saling bertabrakan. Jika terjadi tabrakan maka guru akan kebingunan menerapkan hasil pelatihan yang diterimanya.

Misalkan saja ketika model pembelajaran yang menjadi materi pelatihan adalah model inkuiri kemudian peserta didik melakukan aktifitas pembelajaran di luar kelas. Kalau kemudian kepala sekolah kurang setuju karena alasan tertentu dan mewajibkan pembelajaran berada dalam kelas saja. Maka model pembelajaran inkuiri tak akan terjadi.

Contoh lain yang sering terjadi adalah ketika peserta didik diminta oleh guru membawa gawai ke sekolah karena peserta didik diminta untuk mengerjakan tugas yang mengharuskan mereka berselancar online. Kalau kebijakan kepala sekolah tak mengizinkan peserta didik membawa gawai ke sekolah. Acara berselancarnya pun batal.

Seiring dengan berubahnya zaman menjadi era digital, dan ketertinggalan guru ketika berada di bangku kuliah memaksa guru harus kembali belajar keras. Dan salah satu jalan yang ditempuh adalah dengan mengikuti pelatihan lewat daring.

Pelatihan ini dirasa lebih lebih efektif karena dapat dilakukan lintas sektoral dan lintas waktu. Dari mana saja, dan kapan saja dapat diikuti tanpa mengganggu rutinitas kerja sehari-hari.

Di samping itu keberadaan media sosial untuk berinteraksi seperti WhatsApp, Telegram, berbagai media e learning, web, dan lainnya sebagai yang bisa mengajak diskusi dalam kelas maya menjadikan pelatihan daring berjalan mulus.

Dengan dibukanya begitu banyak pelatihan peningkatan kompetensi guru berbasis web secara daring yang dilaksanakan mandiri oleh guru benar-benar membuka peluang guru untuk mengejar ketertinggalannya.

Semangat menimba ilmu memang tak lepas dari keinginan guru untuk berdiri di depan kelas secara mumpuni. Dengan harapan, jangan sampai ketika menemukan masalah dalam pembelajaran di kelas tak menemukan jalan keluar yang memadai.

Untuk membantu para guru yang ingin menambah ilmu atau pun upgrade diri, maka Dogmit (Diklat online guru melek IT) Indonesia yang dimentori oleh pak Sukani (The winner of guraru tahun 2013) hadir menawarkan solusi. Yaitu menyediakan pelatihan secara daring selama 10 hari. Dengan bermodal berbagai paket materi memukau dan super keren. Dibimbing secara terstruktur sampai bisa, dan materi bisa diakses kapan saja dan dimana saja, karena full 24 jam.

Terbukti sudah banyak para guru se Indonesia sekitar lebih dari 3000 orang telah mengikuti kegiatan Dogmit ini. Rata-rata menghasilkan alumni yang mampu melek IT untuk dipergunakan sepenuhnya pada proses belajar mengajar disekolah masing-masing. Alhamdulillah tak terkecuali pada diri penulis juga.

Penulis sangat bersyukur bisa mengikuti kegiatan Dogmit ini. Bagaimana tidak, yang dahulunya jujur penulis belum bisa memahami apa, dan bagaimana mempergunakan IT dalam pembelajaran, namun kini penulis perlahan sudah mulai mempergunakan pengetahuan dan kemampuan IT yang didapat dari pelatihan daring ini di dalam kelas, sehingga peserta didik lebih senang dan nyaman belajarnya.

Jadi, bagi penulis Dogmit merupakan tempat yang tepat dan nyaman untuk meng-update/mengembangkan diri. Sehingga penulis merasa sangat rugi jika ketinggalan mengikuti pelatihan yang diadakan Dogmit ini. Bagi penulis Dogmit adalah candu.

Namun perlu diingat, terlepas dari semua model pelatihan yang ada. Ternyata tetap saja niat, kemauan, dan semangat guru menjadi nomor satu keberhasilan peningkatan kompetensi mereka. Apa pun bentuk pelatihannya, asalkan diikuti dan diminati oleh guru untuk meningkatkan kompetensinya Insya Allah akan berhasil dan sesuai dengan tujuan pelatihan tersebut. Semoga.***

(Sungai Limas, 5 Maret 2020)

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun