Mata beradu layar, menerjemahkan kode-kode abjad berjejer. Terkadang tersenyum sendiri, tapi bukan karena gila. Tak jarang tersedu sendiri, tapi bukan karena menahan luka pedih berdarah.
Bukan lagi mulut bicara fasih, namun terganti ketukan jari. Bukan lagi mulutmu harimaumu, tapi jarimu adalah singamu. Baik buruknya kata terletak di jari. Nasehat bertabur lewat ketukan jari. Fitnah merebak lewat liukan jari.
Beradu pandang di dunia virtual, seakan penuh aktual. Bicara tak tersekat waktu dan tempat, media sosial kian merekat. Dekat, seakan ada tali pengikat.
Era digital tak mampu dibendung, datang bak air bah menggulung. Menguasai tiap lini kehidupan manusia, dari bangun tidur hingga tidur kembali. Mampukah kita membatasi diri? Semua tergantung pada niat kembali.
Perangkat digital hebat munguasai. Tua dan muda tak kuasa menghindari. Jangan biarkan jadi lupa diri, tetap jaga ibadah sepanjang hari.
Sebagai refleksi diri, mampukah kita membatasi? Interaksi perangkat digital sepanjang hari, namun sudah rutinkah interaksi kita dengan kitab suci?
(Sungai Limas, 2 April 2019)