Biarpun mahkotamu untuk dilirik
Meski mekarmu penuh delik
Tetap gagah dalam paceklik
Sedikit tangan lelah petikmu
Menatapmu pun tiada haru
Namun tetap pegang janji setiamu
Temani cerah hari-hariku
Gelombang gulung di tengah bahagia
Kabut asap pun datang menjelma
Senang hilang datang sengsara
Tabah hidup biar berkalang air mata
Betapa pedih sendi hidupmu
Musnah segala impianmu
Terhempas ke dalam lumpur empedu
Dalam mengukir pada prasasti bisu
Air mata jatuh pedih bercucuran
Hanyut segala perasaan
Nestapa balut kedukaan
Walaupun wangi tetaplah diberikan
Kini hancur lebur berderai
Kemudian hadir sedih berantai
Dan sabar biar kasihmu tak sampai
Hingga masa menjelang takkan layu terkulai