Mohon tunggu...
KOMENTAR
Nature

Bahasa Alam

26 Juni 2024   20:00 Diperbarui: 26 Juni 2024   20:16 82 6

Oleh: Eko Windarto

Dengan tegas Al Qur'an mengatakan seluruh penghuni langit dan bumi keseluruhannya bisa bertasbih dan bicara. " Langit yang tujuh, bumi, dan semua yang ada di dalamnya bertasbih kepada Allah. Dan tak ada satupun melainkan bertasbih dan memujiNya, tetapi kamu sekalian tidak mengerti tasbih mereka." ( Qs Al-isra (17):44)

Mereka semua bisa berbicara dan berkomunikasi dengan semua manusia sebagai ditegaskan dalam ayat innahu lahaqqu mitsla ma antum tanthiqum. Bahkan, partikel dan organisme terkecil pun bisa berbicara.

Demikian juga penyair, bisa menyatu dan bicara pada alam sekelilingnya lewat puisinya yang menyatu dalam diri alam itu akan menghasilkan bahasa alam yang terasa liris, yang mengingatkan kita pada puisi ekologi, yang sementara ini sering diabaikan sebagian penyair kita. Padahal melalui PUISI Ekologi bisa membawa kita dalam kesadaran menjaga dan melestarikan alam yang sekarang mengalami kerusakan sangat parah.

Dengan demikian, seorang PENYAIR tidak dapat begitu saja melepaskan diri dari kondisi kehidupan alam sekitarnya, termasuk juga keadaan alam tempat PENYAIR itu berada. Benda-benda dan suasana di sekelilingnya sering kali dipergunakan PENYAIR untuk mengekpresikan perasaan atau pun pikiran-pikirannya.

Perhatikan puisi di bawah ini:

SUMBER AIR

Di bawah pohon beringin itu
Sumber air mengukir hati ibu
Ribuan jarak mengarak benih petani mengurai lagu

Dari simfoni belik tanjung
air susu ibu mentartilkan bunga tanjung
Bersedekap batu berlumut gelombang

Pada terik matahari kalbu
Bening bersandar dalam khusyuk ruhku
Mendaras setetes derai mata air ibu

Belik Tanjung Klebengan Batu. 1332018

SAAT DI PEMATANG SAWAH

Burung-burung berkicau membuka pagi
Cahaya embun menari di atas daun-daun berseri
Mendekap mimpiku di antara batang padi

Huma-huma di hatiku berirama Memancarkan rupa dan warna
Gemericik air bicara padaku
Ketika cahaya membantuku menemui jejak ruang kehidupanmu

Pagi masih menyala  bersama mimpi anak-anak gembala
Seorang petani melepas angannya
Saat sajak-sajakku membayangkan gigil kita
Mengelana melepas zikir ke udara

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun