Oleh: Eko Windarto
Penggunaan keris dalam budaya serta tradisi di Indonesia sudah terkenal selama beberapa dekade. Budaya keris sendiri memegang peranan penting dalam sejarah dan juga budaya di Indonesia. Dalam mitologi Jawa, keris memiliki makna filosofis yang dalam. Sebagai senjata, keris juga menjadi simbol kekuasaan, keberanian, dan kemuliaan bagi pemiliknya. Namun, bagaimana paradigma mitologi Jawa terhadap keris dan bagaimana caranya agar tradisi ini tetap hidup di era kontemporer? Dalam artikel ini, kita akan membahas keris dari paradigma mitologi Jawa dan tinjauan kritis kontemporer.
Saat ini, beberapa seniman dan pengrajin keris masih mempertahankan cara membuat keris secara tradisional dengan menggunakan bahan alami seperti besi, intan, kayu, dan kulit. Proses pembuatan keris membutuhkan keahlian dan kecermatan dalam memilih bahan serta mengolahnya menjadi sebuah keris yang indah dan bernilai seni tinggi. Namun, di sisi lain, penggunaan keris juga terkadang dapat menimbulkan kontroversi, seperti pada upacara adat, pertunjukan tarian, dan lain sebagainya.
Dalam pandangan mitologi Jawa, keris dipercaya memiliki kekuatan mistis dan memiliki koneksi dengan alam gaib. Keris diramalkan dapat melindungi pemiliknya dari bahaya serta memberikan keberuntungan dan kejayaan pada pemiliknya. Selain itu, keris juga diyakini dapat menjadi media untuk berkomunikasi dengan roh gaib serta suci.
Budaya keris menjadi salah satu warisan budaya yang harus kita jaga dan lestarikan. Perkembangan zaman membawa kita pada dunia modern yang disertai dengan dampak globalisasi dan hilangnya identitas budaya. Hal tersebut menyebabkan keris sendiri sering kali hanya dipandang sebagai benda seni dan koleksi belaka. Namun, perlu juga untuk melihat sudut pandang kritis yang kontemporer dalam penggunaannya, terutama mengingat beberapa praktik yang terjadi pada beberapa daerah.
Keris dapat dipandang dari segi estetika serta nilai seni. Penggunaannya pun dapat menjadi media dalam melakukan aktivitas kreatif seperti pada seni tari dan seni teater. Namun, pemakaian keris di dalam budaya Indonesia juga harus dilihat dengan pandangan kritis kontemporer sehingga penggunaan keris lebih diarahkan pada etika dan budaya yang sesuai, sehingga potensi kontroversinya dapat dihindari.
Dalam perkembangannya, ada juga mahasiswa atau akademisi yang melakukan penelitian terkait keris dengan metode interdisiplin yang menggabungkan ilmu antropologi, sejarah, dan arkeologi serta tinjauan dari para ahli kebudayaan dan filosof. Hasilnya, menunjukkan bahwa keris merupakan salah satu dari warisan budaya yang berharga dan perlu dijaga serta dikenal oleh generasi selanjutnya.
Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa keris dari paradigma mitologi Jawa memiliki nilai dan makna filosofis yang mendalam. Namun, dalam penggunaannya diperlukan pandangan kritis agar tanggung jawab etika dan budaya tetap terjaga, dan tidak menimbulkan konflik. Oleh karena itu, perlu dilakukan langkah-langkah dalam melestarikan serta mengembangkan budaya keris secara bijak dan seimbang dengan perubahan zaman.
Langkah untuk Melestarikan Budaya Keris
Pengenalan budaya keris sejak dini. Pendidikan dan pengenalan budaya keris sebaiknya dimulai dari awal usia anak-anak, sehingga mereka dapat memahami kekayaan budaya Indonesia dan meningkatkan rasa cinta tanah air dan competitiveness terhadapnya.
Peningkatan kesadaran dan partisipasi masyarakat dalam menjaga dan melestarikan budaya keris, sekaligus menumbuhkan ketertarikan terhadap seni dan budaya nusantara.
Pembentukan kelompok-kelompok komunitas yang berperan dalam melestarikan dan mengembangkan budaya keris, seperti kelompok pecinta keris, yang aktif dalam mempromosikan dan mengenalkan keris ke masyarakat, serta memberikan edukasi terkait nilai sejarah, budaya, dan estetikanya.
Keterlibatan pengrajin keris dalam memberikan pelatihan dan workshop kepada masyarakat, termasuk membuka kursus pembuatan dan pengasahan keris secara tradisional, sekaligus memberi tahu nilai filosofis dan spiritual di balik setiap motif keris.
Menjalin kerjasama dengan pemerintah, media, dan pihak-pihak terkait lainnya untuk mempromosikan keris sebagai warisan budaya Indonesia dan menyelenggarakan festival budaya keris secara rutin.
Memperkaya konteks penggunaan keris, seperti dalam seni tari dan seni drama, tanpa menghilangkan nilai budayanya dan menyelaraskan dengan kodifikasi atau standar keamanan dalam pertunjukan.
Dukungan dari pemerintah untuk memberikan perlindungan, seperti melindungi spesies yang digunakan dalam keris, sehingga budaya keris terjaga dalam jangka panjang.
Dengan melakukan langkah-langkah seperti tersebut, budaya keris dapat terlestarikan dan tetap hidup, serta terus memperkaya nilai budaya dan seni di Indonesia.
Sekar Putih, 1052024