Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Tasawuf Mengajarkan Bahasa Cinta Lewat Sastra

18 Januari 2024   18:40 Diperbarui: 18 Januari 2024   18:45 216 1
Oleh: Eko Windarto

Tasawuf merupakan jalan penyucian diri. Yang berawal dari pengendalian diri dari nafsu-nafsu rendah (nafsu amarah dan nafsu lawammah). Yang bertujuan pada penyucian hati dan pikiran dari segala sesuatu yang mengakibatkan kelupaan terhadap Sang Pencipta. Maka dari itu, laku tasawuf adalah laku seorang sufi. Yang mana seorang Sufi adalah suci dan bersih hatinya. Sufi adalah kelompok orang yang ingin mendekatkan diri kepada Tuhan secara sempurna. Meninggalkan kehidupan mewah duniawi yang disebut dengan zuhud.

Tasawuf adalah ajaran kerohanian dalam islam. Yaitu bentuk spritualitas untuk mendekatkan diri pada Tuhan. Tasawuf menggunakan metode intuitif disamping metode filosofis. Karena metode intuitif adalah metode dalam upaya pengenalan tentang diri. Sehingga dapat membawa seseorang tentang penglihatan hati untuk mendekatkan diri kepada Allah. Metode intuitif ini tidak memiliki perantara, tetapi langsung hati dalam mengenal diri dan Tuhannya.

Disamping ajaran-ajaran tentang kezuhudan dan ketawakalan terhadap Allah. Tasawuf juga mengajarkan tentang bahasa cinta. Yakni cinta terhadap Ilahi. Dari sinilah, sejak awal sufi melibatkan diri dalam kegiatan sastra.

Kalbu ( Al-qalb) diartikan sebagai wadah untuk makrifat, suatu alat untuk mengetahui hal-hal yang bersifat Ilahiah. Ini dimungkinkan jika hati telah bersih sebersih-bersihnya dari hawa nafsu, melalui pola hidup yang zuhud, warak, dan zikir secara terus- menerus.

Sedangkan, al-aql atau akal adalah sebagai alat untuk mengetahui ilmu yang diamati dari pancaindera atau dari hal-hal yang zahir. Karena itu tingkatannya berada di bawah tingkatan al-galb.

Di sini jelas menunjukkan bahwa begitu pentingnya tasawuf dalam kehidupan manusia, dimana tugas tasawuf adalah untuk mendisiplinkan watak serta penanaman adab spritual. Dan ini menunjukkan betapa signifikannya sufisme dalam kehidupan manusia. Apalagi zaman sekarang sudah memasuki abad modern dan teknologi. Mari kita coba mengarungi kebatinan puisi religi Nanang Suryadi sang penyair yang dosen ekonomi di UNIBRA Malang di bawah ini.

MALAM TAKDIR
Oleh: Nanang Suryadi

seribu bulan bercahaya
di malam yang ganjil

di gigil udara
puisi berdoa

cinta-Mu utuh
rindu seluruh

bersama hening airmata
meluruh

31 Juli 2013

Ketika kita membaca puisi MALAM TAKDIR, Sang Penyair mengajak  kita mengarungi kebatinannya. Dari bait pertama ia tulis dengan metafora yang metafisis, / seribu bulan bercahaya/ di malam yang ganjil/. Memang malam Lailatul Qadar itu ada di hari atau di malam yang ganjil. Banyak orang menyebut Lailatul Qadar adalah malam seribu bulan, namun kurang bisa menjelaskan rincian detailnya. Kata Qadar sesuai penggunaanya dalam ayat-ayat Al-Qur'an memiliki tiga makna antara lain:

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun