Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Hiyuk

17 Mei 2020   05:03 Diperbarui: 17 Mei 2020   05:16 38 5
Itu sebuah nama paling unik di keluargku. Hiyuk mewakili semua keunikan yang ada di keluargaku. Karena itu Hiyuk akan selalu istimewa.

Berangkat dari keprihatinan bapak-emak yang sampai anak ketiganya lahir masih berkelamin laki-laki. Kerinduan kedua orang tua akan lahirnya anak perempuan makin menjadi-jadi.

Namun untuk beberapa saat beliau berdua harus menahan keinginan hatinya yang terpendam. Barangkali mereka berdua harus mempertimbangkan usia emak.

Karena bapak termasuk bagian dari komunitas kesehatan sehingga pasti paham usia ideal untuk melahirkan bagi istri tercintanya. Sehingga bisa dimengerti jika beliau tidak sembarangan memutuskan merencanakan kelahiran anak keempat yang diharapkan lahir perempuan.
 
 Hingga sampai pada suatu saat setelah menahan hasrat selama empat tahun keinginan punya momongan cewek itu tak tertahankan. Harap maklum nilai-nilai ke-jawa-an seakan menuturkan bahwa yang dipandang perigel ngopeni orang tua di masa purna itu anak wedok.
 
Maka bulatlah tekad bapak-emak untuk memenuhi keinginan tersebut. Lalu KB pun dilepas sehingga emak yang waktu itu sudah berumur 32 tahun menjadi subur kembali.
Saya pastikan mereka berdua selagi sempat selalu memanjakan doa untuk keselamatan dan keinginan lahirnya bayi perempuan.
 
 Allah SWT maha pemurah pada hambanya yang meminta. Tepat tanggal 18 Juni 1981 lahir anak keempat dan betapa gembiranya hati mereka berdua. Setelah diberitahu bidan rumah sakit umum daerah yang membantunya emak melahirkan anak perempuan tak kurang suatu apapun.

Dalam suasana gembira sekali itu diberilah bayi perempuan itu: Catur Wahyu Widi Astuti. Agak unik nama itu karena berbau maskulin. Maklumlah sampai hari itu bapak hanya punya pengalaman memberi nama laki-laki.
 
 Stop, cerita kegembiraan itu berlangsung hingga Hiyuk, nama panggilan anak wedok itu jadi perhatian dan disayang semua keluarga. Perlakuan pada adi ragil itupun jadi unik. Tak lain karena tiada pengalaman mengasuh anak perempuan.
 
 Masuk usia TK dan Madrasah pun tak lepas dari dekapan tangan bapak-emak. Hiyuk sekolah dasar di MI swasta dimana emak mengajar di sekolah itu.
 
 Masuk jenjang SMP pun tak jauh dari keberadaan emaknya. Sekolah SMP di sekolah negeri yang letaknya sak pendelengan dari tempat dinasnya.
 
 Sampai tingkat SMA termasuk tidak kehilangan kedekatan dengan bapak-emak. Walaupun lumayan jauh karena sekolah diluar kabupaten namun perhatian bapak-emak pasti lebih karena Hiyuk satu-satunya anak yang nurut pada keinginan terpendam bapak.
 
 Hiyuk menuruti nasihat bapak untuk meneruskan dunia yang lebih dari separuh usia bapak geluti. Yaitu dunia kesehatan dengan bersekolah di SPK. Betapa bahagianya orang tua waktu itu.

Keunikan memang selalu menempel dalam dirinya. Dan tampaknya keunikan itu akan terus berlanjut. Umumnya anak ragil itu manja, aleman dan mestinya kemayu karena perempuan sendirian diantara tiga kakak laki-laki.

Namun predikat unik menempatkan dirinya menjadi sosok yang berbeda. Dia manja tapi dewasa. Walaupun bungsu tetapi Hiyuk sangat cekatan menyelesaikan pekerjaan rumah tangga.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun