Ibarat sebuah lagu, tujuan bersepeda bisa dibawakan dengan bermacam irama dan bermacam chord untuk mendapatkan manfaat bersepeda sesuai dengan yang diharapkan masing-masing individu. Jika sebuah lagu bisa dibawakan dengan chord standard namun akan lebih diterima telinga jika dibawakan dengan varian chord semacam major 7,diminished, augmented dan sustain, begitu juga dengan trek sepeda, sebuah trek sepeda yang terbiasa dilalui dengan rute yang standart akan lebih terasa berbeda dan menggugah minat untuk menelusurinya jika dibawakan atau dilalui dengan rute dan cara yang berbeda. Untuk itu kami mencoba mendaki ke penangkaran elang/raptor sanctuary di Loji, Cigombong Bogor memalui rute yang berbeda, yakni full ofrroad dengan jalur dari BNR elevasi + 380 m menuju Lembah Salak Tajurhalang elevasi +800m, turun ke kebon teh Cijeruk elevasi +600, mendaki lagi ke Embrio Cipelang elevasi +740, turun lagi ke lembah Pasirpogor elevasi +600 dan mendaki lagi ke Penangkaran Elang, Cigombong melalui Saitem. di elevasi +805m Sabtu 10 Maret 2012 kami bertujuh mencoba bersepeda menuju penangkaran elang dengan start dari kawasan Orchard Walk, Bogor Nirwana Residence, selain tempat parkir yang aman dan nyaman juga tersedia toilet bersih dan mushola. Tepat jam 7.30 mulai mengayuh sepeda meninggalkan tempat start menyusuri jalan utama BNR ke arah selatan dan kemudian belok ke kiri arah timur menuju Kp Pabuaran Kebonjahe, jalurnya berupa jalan setapak di tengah kebon yang menanjak hingga BNR terlihat jelas di bawah dan di kejauhan nampak sosok Gunung Salak yang menjulang dengan puncaknya yang disaput awan putih. keluar dari BNR Jalanan ini akhirnya sampai di Jalan Raya Ence Sumartadireja, kami belok kanan ke arah barat sejauh 100 m dan kemudian belok lagi ke kanan ke jalanan kecil yang menanjak landai menuju Kp Cijeruk Hilir. Jalanan sempit ini cukup sepi, jarang dilewati kendaraan sehingga mengayuh tanjakan yang landai namun panjang ini terasa menyenangkan. Rute terus menanjak melewati Kp Cijeruk Tengah dan menuju Kp Cijeruk Atas dengan sudut kemiringan yang semakin meninggi. nanjak ke Lembah Salak, jalanan batu Dari Kp. Cijeruk Atas, kami berbelok ke selatan untuk menuju Lembah Salak. Tanjakan berbatu yang menjulang langsung menyambut, sehingga gemeretak bunyi shifter yang memindahkan gigi langsung sambut menyambut untuk dapat mengatasi tanjakan ini. Sangat panjang tanjakan ini, sehingga dengus nafas yang dihela tak kuasa dipendam untuk membuat tungkai senantiasa berputar menggerakkan roda sepeda. Tanjakan terus meninggi sampai di Kp Tajurhalang Pojok di elevasi +680, dan panorama alam yang tersaji sungguh begitu indah, kota Bogor tampak menghampar nun jauh di bawah sana ditingkah dengan hawa dingin yang menusuk. Kiri kanan jalan hanya berupa kebon dan hamparan sawah menghijau dan tiada terputus hingga sampai di puncak bukit di Lembah Salak. dari Lembah Salak menuju Kebun Teh Cijeruk Dari Lembah Salak ini rute berkelok ke kiri menanjak meninggalkan jalan berbatu dan memasuki single trek dengan kemiringan yang lumayan. Single trek ini membawa kita ke Kp Kranggan, sebuah kampung yang menyendiri di Tajurhalang . Meski sempat sedikit diguyur hujan sehingga harus berteduh sebentar di sebuah saung, single trek tidak terpengaruh, hanya becek saja tapi tidak lengket sehingga perjalanan tetap bisa dilanjut dengan nikmat. Usai Kp Kranggan , jalan setapak mulai menurun dan meliuk menuju perkebunan teh Cijeruk, beberapa pemetik teh tampak mengambil pucuk-pucuk teh di perkebunan yang tidak terlampau luas. arah kebun teh Cijeruk Pemandangan yang terpampang tidak kuasa menahan hasrat untuk mengambil foto-foto indah di lereng Gunung Salak ini. Selepas jalanan kebun teh kami berbelok ke kanan menuruni jalanan berbatu dan menyeberangi sebuah sungai kecil yang dangkal sehingga tetap bisa digowes melibas air sungai. Dan setelah sungai, kembali tanjakan berbatu besar menghadang sehingga otot paha sering kali harus menghentak jika roda depan beradu dengan batu yang menahan putaran roda. Akibat seringnya otot paha meregang untuk menghela tenaga di tanjakan berbatu ini, seorang rekan sempat mengalami kram di paha. nyebrang sungai kecil di kebun teh Cijeruk jalanan berbatu terus Perjalanan kembali berlanjut menyusuri lereng Gn Salak hingga akhirnya sampai di Kp. Pasirpogor, di sini hujan ringan datang mengguyur dan kamipun berteduh di sebuah wrung untuk beristirahat sembari menikmati teh manis panas. Sambil beristirahat kami melihat plang penunjuk arah ke Embrio Cipelang yang berada persis di depan warung, dan terlihat pula tanjakan menuju Embrio yang menjulang terpampang di depan mata. Ketika hujan mereda kami meneruskan perjalanan dengan mendaki tanjakan Embrio menuju Cipelang, sungguh curam memang tanajakannya sehingga ketika mengayuh kami harus ber zig-zag untuk memangkas sudut kemiringan untuk memperingan beban kayuhan. menuju embrio dari Pasirpogor Di Cipelang hujan kembali mengguyur sehingga kembali kami berteduh di sebuah warung, dan karena sudah mendekati jam 12.00 maka kami pun menyantap bekal makan siang yang sudah kami siapkan sebelumnya. Cukup lama kami berteduh sehingga begitu hujan reda kami pun kembali melanjutkan perjalanan. tanjakan embrio Dari Cipelang kami berbelok ke kiri menyusuri jalanan berbatu yang menanjak landai, kini tujuan berikutnya adalah Kawungluwuk. Jalanan berbatu nan sempit cukup sejuk udaranya setelah diterpa hujan, jalanan berbatu tetap mantap dikayuh hanya sedikit becek akibat hujan tadi. Sepanjang perjalanan menuju Kawungluwuk ini sebagian tertutup rumput tinggi yang menandakan jarang dilalui kendaraan namun panorama yang tersaji tetap menawan khas pegunungan. singletrek ke Kawungluwuk Jalanan kembali menurun untuk menuju Kawungluwuk, dan kami harus ekstra waspda karena jalanan sempit dan menurun ini melingkari bukit dengan sebelah kiri berupa jurang yang menganga . Getaran handle bar semakin terasa seiring dengan derasnya turunan berbatu yang kami lalui, hentakan roda yang beradu dengan batu membuat tangan harus mencekeram erat handle bar apabila tidak ingin terpental. nanjak ke arah Pasirpogor Setelah memasuki Kawungluwuk jalanan kembali menanjak dengan batu yang jauh lebih besar, sungguh sulit menaklukkan tanjakan berbatu besar ini, Namun demikian meski letih menggelayut pemandangan kiri kanan jalan berupa sawah dan sungai membantu merelaksasi, apalagi kami sempat menemukan sebuah air tejun yang indah di jalan dari Kawungluwuk menuju Kp Saitem. Pasirpogor menuju Saitem Sesampai Kp Saitem, tanjakan batu mencapai puncaknya setelah melalui sebuah galian tanah yang terbuka dengan sudut kemiringan sangat curam dan sulit digowes akibat licin. Tanjakan ini membawa ke Pasirjaya Cigombong yang setelah sampai di SD Sindanglaya kami berbelok ke kanan menuju akses jalan ke penangkaran elang. dari Saitem menuju Pasirjaya Jalan menuju penangkaran elang dinaungi dengan pohon pinus yang lebat dan berbatu dan sedikit menanjak ketika memasuki Kantor Penangkaran Elang. jalan menuju penangkaran elang Suasana sangat hening, sunyi. Hanya ada desir angin yang meniup pucuk pohon pinus ditambah gemericik air sungai. Hanya ada 1 orang penjaga, dan setelah membayar 2500 per orang dan 2000 untuk titip sepeda kami pun memasuki kawasan penangkaran elang, Diawali dengan memasuki jembatan gantung yang melintang di atas sungai Cipanengah kami langsung memasuki hutan pinus yang sejuk dan menuju kandang display elang yang ditangkarkan. Sebenarnya ada 3 kandang, 2 kandang tidak boleh dikunjungi karena khusus untuk elang liar yang ditangkar dan mereka sangat sensitive jika bertemu manusia, jadi kandang display ini adalah untuk elang yang tidak bisa dilepas ke alam sehingga diletakkan di kandang display. Setidaknya ada 3 elang yang nampak di kandang display, ada Elang Ular Bido, Elang Jawa, dan elang putih. Sangat menarik melihat elang-elang yang tampak perkasa itu, dan kami pun mengambil beberapa gambar di kandang display ini. jembatan gantung penangkaran elang Kembali ke kantor penangkaran kami beristirahat dan melakukan shalat di musholla , dan setelah puas menikmati suasana di sini kami pun beranjak pulang kembali ke BNR melalui Caringin dan Durian Warso dengan total jarak 34 km pp. elang ular bido (spilornis cheela), duh gagahnya
KEMBALI KE ARTIKEL