Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Miskonsepsi Proses Pembelajaran Tari Anak Usia Dini

10 Januari 2024   20:46 Diperbarui: 10 Januari 2024   21:02 180 1
Pada semu program studi pendidikan seni tari di Lembaga perguruan tinggi memiliki mata kuliah Tari Pendidikan. Mata kuliah ini secara konten dan konteks membahas tentang proses pembelajaran tari pada setiap jenjang pendidikan dimulai dari pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah pertama (SMP), dan sekolah menengah atas (SMA), yang tentu berbeda dari setiap jenjang, tetapi memiliki kesamaan yaitu tari. Persoalan kemudian muncul ketika tari sebagai konten diberikan pada setiap jenjang, karena tari memiliki unsur sama untuk jenjang kelas manapun. Persoalan ini kemudian menjadi miskonsepsi baik secara konten maupun konteks proses pembelajaran terutama pada jenjang anak usia dini. Proses pembelajaran pada anak usia dini, apapun kontennya jangan sampai terjadi miskonsepsi karena merupakan masa emas pada pertumbuhan dan perkembangan otaknya. Pada kajian ini anak usia dini yang dimaksud adalah usia 6 sampai 9 tahun, atau kelompok B pada PAUD dan kelas III SD. Masa ini merupakan masa emas dalam perkembangan berpikirnya, tetapi sering proses pembelajaran menjadi miskonsepsi terutama yang berhubungan dengan tari.

Estetika

Miskonsepsi yang sering terjadi adalah estetika sebagai tujuan dalam proses pembelajaran tari anak usia dini. Miskonsepsi ini terjadi karena kurangnya pemahaman tentang makna estetika pada perkembangan anak usia dini. Pada tahapan ini anak belum mengenal makna dan arti estetika, bahkan pada usia remaja sampai orang tua kurang memahami makna dan arti estetika pada karya seni. Pembelajaran tari anak usia dini sebaiknya menghindari tujuan estetika, karena yang memahami estetika gurunya. Laban seperti dikutip oleh Smith (1985) menyatakan bahwa di sekolah di mana pendidikan seni diterapkan, ternyata bukan perfeksi artistic atau kreasi pentas sensasional yang diusahakan, tetapi efek faedah kegiatan kreatif tari pada diri pribadi murid atau siswa. Proses pembelajaran seni tari pada anak usia dini lebih menekankan pada kegiatan kreatif tari, bukan pada estetika. Proses pembelajaran menekankan pada dampak dari aktvitas yang telah dilakukan, misalnya meningkatkan kemampuan berpikir imajinatif terhadap gerak yang dilakukan.

Gerak Tari

Miskonsepsi sering terjadi pada pengembangan ragam gerak tari anak usia dini. Gerak sebaiknya dilakukan dengan menggunakan teknik yang mudah dipahami, sehingga setiap anak dapat melakukan baik secara individu maupun kelompok. Pada tari anak usia dini sering dijumpai gerak yang kompleks, artinya detail dan teknik yang mungkin belum dapat dilakukan seusianya. Tari sering tampil layaknya usia dewasa. Pembelajaran tari sebenarnya merupakan instrumen atau media bagi anak untuk mengembangkan cara berpikir kreatif, logis, dan kritis sesuai dengan perkembangan usianya. Gerak tari sebaiknya banyak dilakukan di tempat. Melakukan gerak di tempat dapat lebih mudah anak memahami volume atau bentuk keruangan, mana gerak yang memerlukan volume atau keruangan secara luas, sempit, atau kombinasi keduanya. Level dapat dilakukan melalui duduk, setengah berdiri, dan berdiri. Ragam gerak berpindah tempat lakukan dalam bentuk berlari atau berjalan tanpa harus melakukan gerak. Pada saat berlari atau berjalan siswa hanya merentangkan tangan atau bentuk lainnya. Gunakan metode bermain sambil menari, sehingga lebih menyenangkan pada proses pembelajaran.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun