Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Tidak Ada Pahlawan dari Papua Barat ?

29 Oktober 2013   06:59 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:54 426 0

Kamis (24/10) lalu, Jurubicara Komite Nasional Papua Barat (KNPB), Wim Rocky Medlama dalam jumpa pers di Café Prima Garden, Jayapura mengatakan, perayaan hari Sumpah Pemuda Indonesia di Papua Barat berstatus ilegal dan tidak sah.Wim menambahkan, sejakperjuangan kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945, tidak ada bangsa Papua Barat yang ikut ambil bagian dalam perjuangan sampai proklamasi tersebut. (dikutip dari Majalah Selangkah)

Pernyataan yang dilontarkan Wiem menunjukkan bahwa KNPB sama sekali tidak menghargai perjuangan rakyat Papua Barat yang bertaruh nyawa melawan pemerintah kolonial Belanda di era 1940-an.Penyataannya juga menunjukkan bahwa KNPB telah menyembunyikan sejarah perjuangan rakyat Papua Barat terhadap kolonialisme Belanda.

Silahkan cross check data ini kepada para pakar sejarah Papua Barat, termasuk yang berada di luar negeri.

Pada tanggal 14 Agustus 1945 beberapa orang pemuda Papua Barat antara lain, Frans Kaisiepo, Marcus Kaisiepo dan Nicholas Youwe mengumandangkan lagu Indonesia Raya di Kota Nica Holandia (sekarang bernama Kampung Harapan, Jayapura). Pada bulan Maret 1948 rakyat Biak, Papua Barat, melakukan pemberontakan terhadap pemerintah kolonial Belanda.Salah satu pencetus pembrontakan itu adalah Frans Kaisiepo yang pada tahun 1949 menolak ditunjuk sebagai Ketua Delegasi Nedelands Niew Guinea ke Konferensi Meja Bundar (KMB) di negeri Belanda, karena dirinya tidak mau didikte Belanda.Akibat dari itu, Frans Kaisiepo dimasukkan penjara oleh Belanda dari tahun 1954 sampai 1961. (Sejarah Perjuangan Frans Kaisiepo)

Pada tahun 1946 seorang pria bernama Silas Papare di Serui, Papua Barat dan sejumlah pengikutnya mendirikan organisasi politik bernama Partai Kemerdekaan Indonesia Irian Barat (PKII). Pada tanggal 17 Agustus 1947 dilakukan upacara pengibaran bendera Merah Putih yang dipimpin oleh Silas Papare dan diikuti oleh Johans Ariks, Albert Karubuy, Lodewijk, Barent Mandatjan, Samuel Damianus Kawab dan Joseph Djohari. Akibatnya, seluruh peserta upacara harus meringkuk dalam tahanan polisi Belanda selama lebih dari tiga bulan. (Sejarah Perjuangan Silas Papare)

Semoga kedua buah data itu bisa membuka mata, pikiran dan hati para pimpinan KNPB yang hingga saat ini masih tertutup mata, pikiran dan hatinya dalam memandang perjuangan rakyat Papua Barat terhadap Belanda.

KNPB harus belajar memahami makna ungkapan : "BANGSA YANG BESAR ADALAH BANGSA YANG MENGHARGAI JASA-JASA PAHLAWANNYA".

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun