Tak seharusnya kau bertanya kapan
Jika anak-anak bangsa mati kelaparan
Kau bisa bersembunyi dalam kotak
Duduk manis depan televisi menyala
Tidur, tidur, dan mengeluh
Sementara mereka mengetuk kaca layar datar
Berteriak, berkerumun, dan menangis
Mengiba, terlunta, dan putus asa
Dan kau tidur, tidur, mengeluh
Kau buka lemari penuh roti dan susu
Makan lahap tidak takut tersedak
Sedangkan di balik dinding tebalmu anak kecil terisak
Tiada beras selain air buat ditanak
Dan kau masih saja tidur, tidur, mengeluh
Mengais di dasar-dasar sampar
Mengantar maut ke terasmu
Kau tiada peduli
Penting kenyang dan terus saja bertanya kapan?
Keretamu telah berjalan sampai ke pemberhentian
Sedangkan mereka naik kereta-kereta yang rongsok dan ditinggalkan
Kau getir bicara kemiskinan
Naif kau panggil nasib
Naas kau sebut takdir
Mati kau anggap resiko
Kenapa kau tak sesekali intip jendela?
Tangan yang kau kira bahaya
Bola mata yang tampak asing
Mereka butuh tangan-tanganmu jua
Belas kasih ikhlas akan memberi kita harapan
Tanpa perlu lagi bertanya kapan?