Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Jangan Sekali-kali Melupakan Mantan

19 Februari 2020   22:06 Diperbarui: 19 Februari 2020   22:13 289 2
Selalu ada kisah manis untuk dikenang, termasuk tentang mantan. Bisa dibilang mantan adalah bukti pernah adanya komitmen antara dua insan. Semisal zaman prasejarah menyisakan banyak peninggalan berupa sarkofagus dan kjokkenmoddinger , maka begitu pula sebuah hubungan, hanya tersisa dua hal yaitu 'kenangan' dan 'mantan'.

Kenangan soal mantan sering dianggap sebagai memori jelek yang mesti dilupakan. Orang-orang berharap amnesia dan mengubur sedalam-dalamnya cerita tentang mantan. Padahal dibalik kandasnya suatu hubungan ada sesuatu yang bisa digali dari sana. Terutama mengenai arti kejujuran dan komitmen yang sepatutnya menjadi pondasi sebuah hubungan yang kuat. Selain itu, mantan bisa juga menjadi pemberi inspirasi dalam hidupmu, lho.

Kahlil Gibran, seorang penyair terkemuka asal Lebanon telah membuktikan jika mantan punya tempat tersendiri dalam kehidupan. Di setiap tulisan-tulisannya yang murung dan melankoli, ia banyak mendapatkan inspirasi dari fenomena putus jalinan cinta yang kerap ia alami.

Dalam Sayap-Sayap Patah misalnya, Kahlil Gibran mengenang cinta pertamanya dengan Nona Hala Daher (Selma). Namun kandas lantaran sang kekasih telah ditunangkan dengan pria lain.

"Haruskah kita anggap cinta itu seorang tamu asing yang datang malam-malam dan meninggalkan kita pagi-pagi?"
(dari Danau Api, dalam Sayap-Sayap Patah, 1912)

Betapa kata-kata ini menggugah kesadaran kita, bahwa yang namanya pengalaman 'cinta' tidak mungkin gampang untuk dilupakan begitu saja dan bersikap seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Petikan kalimat di atas menunjukkan jika Kahlil Gibran pun pernah skeptis dalam usaha melupakan mantan.

"Aku ingin engkau mengenangku seperti seorang pengembara mengenang kolam yang tenang. Tempat citranya membayang ketika ia minum airnya." (dari Danau Api, dalam Sayap-Sayap Patah, 1912)

Ada juga May Ziadah, salahsatu kekasihnya yang tak lain pengarang asal Mesir. Dalam suratnya, Gibran pernah menulis kata-kata pilu buat mantan kekasihnya itu, ia menggunakan sebuah kiasan yang maknanya begitu mendalam.

"Aku adalah awan, May, awan yang membaur dengan benda-benda. Namun tak pernah menyatu dengannya."
(Dalam Mirrors of the Soul, 1965)

Masih banyak karya Kahlil Gibran yang dipengaruhi oleh alkisah perjalanan asmaranya. Di tengah luka dan patah hati, ia bangkit dan mengubahnya menjadi karya-karya hebat. Saking hebatnya tetap dikenang sampai sekarang.

***

Memori tentang mantan memang bukan untuk diratapi atau disesali, melainkan dipetik hikmahnya, didaur-ulang menjadi sesuatu yang lebih baik, ketimbang dijadikan sarana untuk membenci atau memutus semua ikatan yang jauh-jauh dibangun. Kebanyakkan orang memilih mengasingkan diri dan saling memusuhi.

Kenapa kisah perjalanan hubungan itu mesti cepat-cepat dibuang di tengah bab buku kehidupanmu? Bukankah lebih baik ditutup dan disatukan dalam satu bab masa lalu?

Satu-satunya cara menutup bab tentang mantan adalah 'berhenti mencoba melupakannya'. Untuk apa bersusah payah bersembunyi dari kenyataan yang ada. Karena semakin engkau mencoba melupakan, maka semakin kuatlah ingatan itu. Akui saja, pernah ada mantan yang berperan dalam lakon hidupmu. Entah dalam konotasi positif maupun negatif.

Pada akhirnya hidup tidak akan selalu berjalan baik. Dan sejatinya tak mungkin mengikuti harapan-harapan yang kita inginkan. Mau tidak mau kita harus ikhlas menerima 'takdir', termasuk perkara jodoh. Berhenti menghindari mantan dan meratapi masa lalu yang telah dijalani.

Belajar dari Khalil Gibran yang melahirkan karya sastra hebat berkat mantan-mantan kekasihnya. Kita juga bisa meniru Raditya Dika, yang mengubah kisah cintanya jadi novel komedi romantis. Siapa sangka? novel-novelnya itu laris di pasaran sampai-sampai angkat ke layar lebar. Nah, kalau sudah begitu, masihkah kamu menganggap mantan cuma kenangan buruk yang perlu dilupakan?

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun