Pergantian kepemimpinan politik merupakan dinamikayang tak terhindarkan dalam setiap negara demokrasi. Momentum peralihankekuasaan ini seringkali disambut dengan harapan baru dan optimisme akanperubahan yang lebih baik.
 Namun, di balik euforia tersebut, pergantiankepemimpinan juga menyimpan potensi dampak yang signifikan terhadap berbagaiaspek kehidupan, termasuk perekonomian nasional.Â
Kebijakan-kebijakan yangdigulirkan oleh pemimpin baru dapat memicu perubahan drastis dalam lanskapekonomi, baik dalam jangka pendek maupun panjang.
Siapa yang tidak pernah penasaran dengan dampak daripergantian pemimpin terhadap kondisi ekonomi negara? Setiap kali terjadipergantian kepemimpinan, harapan dan kekhawatiran bercampur aduk.Â
Apakahpemimpin baru akan membawa angin segar bagi perekonomian? Ataukah justru akan memicuketidakstabilan dan memperlambat pertumbuhan? Pertanyaan-pertanyaan tersebutmenjadi semakin relevan mengingat betapa eratnya keterkaitan antara politik danekonomi.
Di dalam buku The Wealth of Nations yang ditulis olehAdam Smith, menyebutkan bahwa ekonomi dan politik adalah dua sisi dari matauang yang sama, saling memengaruhi dan membentuk satu sama lain.Â
Ketika AdamSmith menyatakan bahwa ekonomi dan politik adalah dua sisi dari mata uang yangsama, ia ingin menekankan bahwa kedua bidang ini saling terkait erat dan tidakdapat dipisahkan.
 Secara objektif dampak daripada pergantian kepemimpinanseringkali diikuti oleh perubahan arah kebijakan fiskal dan moneter. Misalnya,dari kebijakan fiskal yang ekspansif menjadi kontraktif, atau kebijakan moneteryang longgar menjadi ketat.Â
Selain itu, juga ada dampak langsung dari prioritaspembangunan yang berbea-beda. Beberapa pemimpin mungkin lebih fokus padapembangunan infrastruktur sementara yang lain lebih fokus pengembangan sumberdaya manusia.