Suatu hari, dengan penuh harapan, Amel memutuskan untuk bercerita pada Ica tentang perasaannya pada Raka. Ica, mendengar cerita Amel, sempat terdiam sejenak, tapi kemudian tersenyum sambil berjanji akan membantu Amel mendekati Raka.Namun, tanpa sepengetahuan Amel, ternyata Ica juga mulai tertarik pada Raka sejak pertemuan pertama mereka di klub debat sekolah. Rasa suka Ica tumbuh semakin kuat saat dia sering bertemu Raka dalam kegiatan sekolah. Meski awalnya ia berniat membantu Amel, perasaan itu membuat Ica berpikir ulang. Dalam hatinya, muncul dilema antara menjaga persahabatan atau memperjuangkan perasaannya sendiri.
Beberapa minggu berlalu, Ica mulai mendekati Raka, tetapi diam-diam. Amel masih belum menyadari perubahan sikap sahabatnya, dan tetap mempercayai bahwa Ica membantunya. Hingga pada suatu hari, Amel melihat Ica dan Raka berjalan bersama di taman sekolah, tertawa akrab, bahkan mereka terlihat seperti pasangan. Amel merasa hancur saat melihat pemandangan itu. Hatanya sakit, tidak hanya karena Raka, tapi lebih karena pengkhianatan sahabatnya sendiri. Saat malamnya, Amel mencoba berbicara pada Ica, namun Ica hanya bisa tertunduk diam. Akhirnya, Ica mengaku kalau dirinya juga menyukai Raka dan mengaku sudah jadian dengannya. Malam itu menjadi akhir dari persahabatan Amel dan Ica. Meski sulit, Amel memilih menjauh dari mereka berdua. Rasa sakit dan kecewa membuatnya semakin kuat. Di sisa waktu SMA, Amel fokus pada prestasi dan cita-citanya. Ia belajar bahwa terkadang cinta pertama tidak berakhir manis, dan bahwa persahabatan yang ia kira abadi bisa hancur hanya karena sebuah cinta.
Setelah SMA, Amel melanjutkan kuliah di luar kota, menata kembali hidupnya dan meraih impiannya. Ia sadar bahwa masa SMA hanya bagian dari perjalanan hidupnya, dan setiap luka membuatnya lebih bijak. Di akhir kisah, Amel telah melangkah maju, meninggalkan masa lalu dan siap menyambut masa depan yang lebih cerah.