Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Jujur itu Ada di hati yang Takut pada Rabb-nya

20 September 2012   13:08 Diperbarui: 25 Juni 2015   00:09 184 1



Ada sebuah kisah kecil tentang kejujuran, ini adalah kisah nyata yg terjadi di dunia yg biasa, tetapi istimewa karena peristiwanya.  Hmm, mari kita simak langsung ceritanya dari sang penutur ulung di rumah kami, adik bungsuku tercinta, kisah tentang salah seorang kawannya.

Petang, ba’da Isya’ beberapa hari yang lalu setelah pengumuman kelulusan SMP, kami sekeluarga --kecuali adikku yg pertama--, bercerita tentang mimpi dan harapan bersama adik bungsuku.  Di sela-sela ceritanya, ia sisipkan kisah indah ini.  Salah seorang kawannya yang menjadi tokoh utama dalam kisah ini, mari kita panggil ia dengan Mr. A, karena adikku merahasiakan namanya..he3..ada-ada aja adikku ini.

Alkisah, Mr. A ini adalah seorang yang konsisten, tapi sayang seribu sayang ternyata ia konsisten selalu berada di peringkat terbawah di kelasnya atau setidaknya peringkat dua dan tiga dari bawah.  Kalau dilihat dari record prestasi dan nilai-nilainya selama ia bersekolah, maka tidak mengherankan ketika ia mendapatkan nilai yg kurang memenuhi syarat kelulusan UAN SMP kemarin.  Guru, teman-temannya dan mungkin juga orang tuanya menganggap jika ia tidak lulus itu sebuah kewajaran walau sangat disayangkan.  Namun, syukurlah penilaian kelulusan tidak hanya mengandalkan nilai UAN saja, tetapi nilai UAS juga.  Sehingga Mr. A ini walau dengan nilai yang minim tapi cukup bisa membuat ia memiliki ijazah kelulusan SMP.  Alhamdulillah.  Nah lho, apa istimewanya?

Hmm.. ini dia kisah istimewanya.  Mengapa ia mendapat nilai rendah yang menyatakan ia tidak lulus di UAN-nya di saat teman-temannya mendapat nilai yg bagus atau setidaknya bisa disebut lumayan? Ternyata Mr. A ini mengerjakan soal demi soal UAN-nya dengan usahanya sendiri, sama sekali tidak menyontek, jujur.  Mungkin karena belajarnya belum bisa optimal hingga ia tidak bisa banyak memahami materi pelajarannya dengan baik.  Teman-temannya waktu itu bertanya begini, “Kok ora nyonto wae? Kan iki UAN, nek ora lulus piye?” (Kok tidak mencontek saja? Ini kan UAN, kalau tidak lulus bagaimana?).  Astaghfirullah…

Tak hanya teman-temannya yang berkata demikian, bahkan salah seorang gurunya, yang nota bene seorang pendidik dan teladan di sekolah, juga berkata, “Kok wingi ora nyonto wae? Sing pinter ngandani sing ora iso, takon 1 po 2 ora apa-apa.” (Kok kemarin tidak menyontek saja? Yang pandai ngajari yang gak bisa, Tanya 1 atau 2 gak papa). Innalillahi…  Bagaimanakah pendapat Kawan-kawan tentang “Sang Pendidik” ini?

Lupakan sejenak pendapat tentang Sang Guru, dan perhatikan baik-baik jawaban istimewa dari Mr. A.  “Aku ora nyonto, karo Bapakku aku ora oleh nyonto.  Nek ngerti aku nyonto, aku iso disengeni Bapakku.” (Aku gak nyontek, Bapak gak ngebolehin aku nyontek.  Kalau tahu aku nyontek, aku bisa dimarahi Bapakku).  Subhanallah ^_^
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun