tapi bukan hanya masyarakat biasa yang mengeluh, pak polisi yang beragama hindu pasti paling ngedumel. maklum, kunjungan pak beye bertepatan dengan hari raya galungan (semacam lebaran) untuk umat hindu. jatah pak polisi untuk berhari raya bersama keluarga pun terpaksa dilewatkan.
saya tidak terlalu peduli dengan urusan pak beye berkunjung ke bali sejak senin kemarin. entah untuk berlibur atau melakukan kunjungan kerja, saya tidak peduli!
yang jelas, karena kedatangan pak beye ke bali, lalu lintas jalanan di daerah selatan bali yang biasanya padat merayap, sekarang jadi lancar. bahkan benar-benar lancar tanpa ada kemacetan sedikit pun!
jujur saja, lancarnya kondisi jalanan di kawasan selatan bali adalah hal langka. meskipun jalanan di selatan bali ini diisi embel-embel jalanan bebas hambatan, tetap saja hambatannya besar. hampir sama dengan kondisi macet yang terjadi di jalan otista, jakarta.
pak polisi rupanya bekerja keras untuk melancarkan jalan yang akan dilalui oleh pak beye. meskipun jatah mereka berhari raya kali ini agak tersita karenanya.
lancarnya jalanan di selatan bali ini saya rasakan sendiri. karena kebetulan saja hari ini saya mendapat tugas meliput acara bali democracy forum di nusa dua.
sejak setahun terakhir, saya memang sering mendapat tugas liputan acara-acara yang bernuansa konferensi, dan kebetulan saja sebagian besar kegiatan konfrensinya dilaksanakan di nusa dua. tepatnya di kawasan pengembangan pariwisata nusa dua.
selain ditugasi meliput bali democracy forum, hari ini secara kebetulan saya juga kebagian tugas meliput acara pertemuan bilateral antara indonesia dengan malaysia. karena khawatir jalanan macet, saya berangkat jam 10.30 pagi, meskipun acara dilaksanakan pukul 12.30
jarak antara tempat tinggal saya dengan kawasan pengembangan pariwisata nusa dua sebenarnya tidak jauh. hanya sekitar 30 km saja. tapi karena jalanan sering macet, saya butuh waktu 1,5 jam untuk menuju nusa dua!
tapi hari ini ternyata jalanan tidak terlalu macet, bahkan sangat lancar. pak polisi dengan rompi hijau menyala sudah berjaga di setiap persimpangan resmi sampai persimpangan jalan tikus. tidak ketinggalan bapak-bapak tentara, lengkap dengan baret hijau dan bedil yang ditenteng.
dari biasanya 1,5 jam perjalanan menggunakan motor, saya hanya butuh waktu 30 menit saja untuk sampai ke nusa dua. maklum, saya nebeng dengan (lagi-lagi meminjam istilah mas wisnu nugroho) tim hore-nya pak beye yang pakai nomor polisi ri18. saya sendiri tidak tahu siapa yang menunggangi ri18.
sementara mobil alphard pak menteri mengekor mobil patwal yang sirenenya meraung-raung dan membuat pak polisi kalang kabut, saya juga ikut-ikutan ngekor di belakang mobil pak menteri. alhasil saya bisa sampai sangat cepat di nusa dua, meski motor merah saya kadang ngos-ngosan saat mengejar laju mobil mewah pak menteri.
ketika pulang dari nusa dua, lagi-lagi saya nebeng dengan rombongan tim hore pak beye. kebetulan saja saat saya pulang, dua mobil mewah yang dilengkapi dengan empat bintang di atas plat nomornya lewat.
rombongan tim hore yang satu ini beda dengan rombongan ri18. kalau ri18 hanya dikawal satu mobil patwal, dua bintang empat ini dikawal satu motor polisi militer dan dua motor patwal polisi. sementara di belakang bintang empat, dua ambulans juga ikut mengekor.
karena kebetulan lewat, akhirnya saya ikut saja nebeng meskipun hanya bisa sampai bandara ngurah rai. yang penting waktu tempuhnya jauh lebih singkat.
kunjungan pak beye ke bali, memang membuat banyak orang repot. sementara mobil pake beye dan rombongan tim horenya lewat, jalan menjadi sepi. sementara jalan lainnya jadi padat merayap karena arusnya dialihkan oleh pak polisi.
yang jelas, saya bersyukur karena gara-gara kehadiran pak beye dan tim horenya yang akan berkonfrensi di nusa dua membuat jalanan lancar. saya pun tidak harus berkeringat karena terjebak macet saat menuju nusa dua.