"Ada apa dengan Marlina," gumamku dalam hati sambil mengerenyitkan kening.
"Tya, kenapa kamu," tanyaku pada Tya yang masih teriak histeris sambil menggeleng - gelengkan kepalanya.
Wajah Tya berubah pucat pasi , ketika ku tanya sekali lagi tentang Marlina.
Marlina, seorang gadis keturunan Tiong hoa yang memiliki paras cantik, dengan bibirnya yang tipis, hidungnya mancung, matanya agak bulat besar tidak seperti keturunan Tiong hoa kebanyakan.Dia orangnya periang, supel, pandai bergaul, sangat perhatian pada sahabat"nya, juga energik.
Aku, Tya, dan Marlina berteman baik sejak kelas 2 SMP, namun setelah lulus SMA, aku menyelesaikan kuliahku di sebuah universitas di Yogyakarta. Sedangkan Tya dan Marlina kuliah di Bandung bersama-sama. Aku jarang pulang, hingga komunikasi dengan mereka pun hanya sebatas telepon atau via SMS.
Belakangan kemarin Aku di sibukkan oleh tugas-tugas kuliah akhir sehingga sedikit lost contact dengan mereka. Setelah selesai wisuda Aku pun berniat pulang tanpa memberi tahu kepulanganku pada mereka. Aku akan membuat kejutan untuk mereka.
Ternyata bukan mereka yang terkejut dengan kedatanganku, melainkan diriku. .
Jeritan Tya membuatku jadi tak karuan, aku merasa cemas yang amat sangat. Dadaku bergemuruh, jantungku berdegup kencang, tanganku gemetaran dan agak sedikit kesemutan. " Apa yang sebenarnya terjadi,mengapa Tya begitu histeris ketika ku tanya di mana Marlina". Aku bertanya dalam hati.
Tya tidak menjawab, dia hanya menjerit histeris dan hanya menggeleng - gelengkan kepala, namun kali ini dia sesekali menggaruk-garuk kepalanya dan menunjuk - nunjuk ke arah lemari bercermin besar di belakangku.
Aku menengok ke arah yang di tunjuk oleh Tya, tidak ada apa-apa, hanya ada Aku dan Tya di dalam cermin. Ku goncangkan tubuh Tya sambil terus bertanya, namun tetap tidak menjawab. Tangannya terus menunjuk ke arah cermin. Pandanganku pun beralih kembali ke arah cermin, tapi masih tidak tampak apa - apa.
Aku penasaran ada apa di balik cermin itu... Kudekati perlahan lemari bercermin itu dengan seksama.
"Tidak ada apa - apa di sini ", ujarku pada Tya.
Kali ini kucoba untuk mengetahui apa yang ada di balik cermin tersebut. Ku buka secara perlahan pintu lemari bercermin besar itu..... "Kriieett...terdengar suara pintu lemari terbuka.
Di dalam lemari kulihat ada sosok manusia, seorang gadis yang terbujur kaku, tidak bergerak sama sekali. Sekilas saja aku bisa mengenali perawakan gadis itu. Ya, dia Marlina, meskipun terhalang oleh beberapa pakaian yang menggantung.
Aku tersentak kaget, kuberanikan diri untuk mencoba menyentuh nya, tapi tak berani. Aku takut, tak terasa air mata ku mengalir, dan keringat dinginku mulai keluar. Aku menengok ke arah Tya, dia bergumam setengah berbisik,,," itu... Marlina...". katanya lirih.
Dengan tangan gemetar secara perlahan aku memberanikan diri untuk menyentuh sosok Marlina yang terbujur kaku. Sebelum tanganku sempat menyentuh nya, tiba - tiba ada yang mencengkeram tanganku dengan keras. Aku tersentak kaget, refleks melepaskan diri hingga tubuhku terhempas jatuh terduduk dua langkah ke belakang.
Dari dalam lemari kulihat ada tangan yang keluar, entah itu halusinasi ku atau kah aku terlalu banyak nonton film horror jepang, yang pasti badanku gemetar takut. Tangan itu bergerak merangkak seperti di film film sejenis The Grudge atau Ju'on. Tangan itu bergerak mendekatiku, wajahnya tertutup oleh rambut nya yang terurai ke depan, hingga menutupi wajahnya.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaa...." Aku teriak ketakutan, aku masih terduduk tidak dapat bergerak, tubuh ku kaku. Sosok Marlina itu bergerak terus mendekatiku sedangkan Tya masih saja seperti orang stress.
Aku menyeret mundur tubuhku, namun rasanya berat sekali. Sosok itu terus mendekat, dia hampir menggapaiku, wajahnya masih tertutupi rambutnya, jaraknya sekitar 60 cm dariku. Perlahan tangannya ke atas ingin menggapaiku. Aku terus menangis, tubuhku gemetar takut, jantungku berdegup kencang, tiba - tiba terdengar teriakan......
***
Aku pingsan.........
