Jika ada yang menenyakan, apakah aku lelah menjalani semua ini? Maka dengan pasti aku akan menjawab, "menjalani kehidupan dunia pastilah lelah, tetapi apakah kita harus beristirahat atau berhenti setelah lelah? Jawabnya harus. Karena aku hanya akan melakukan sesuatu tindakan jika itu sesuai dengan pikiranku, dan sekarang aku menginginkannya, entah besok atau lusa".
Sepertinya aku harus segera membuat akhir dari tulisan ini. Ah... aku mulai bosan dengan tema-tema rendahan seperti ini. Apa benar rendahan? Siapa tahu saja benar, jadi bisa di jual ke pasaran. Bukan begitu, bukan? Seperti selogan sebuah sponsor acara musik "musik for sale {kata sale dicoret} soul. Yang beredar pesat sekarang di pasaran adalah rendahan. Entahlah aku selalu benci jika mendengar kata pasar.
Aku harus segera menyelesaikan tulisan ini sebelum pasar mengetahui keberadaannya lalu memintanya. Kemudian pasar akan berkata dengan lantang bahwa tulisanku ini buatannya. Tulisan ini harusnya jangan ada yang membacanya, selain dapat menyebabkan kantuk juga akan mengundang banyak perasaan gundah, galau, atau apalah itu manusia menyebutnya. Anehnya, aku juga berharap agar seseorang yang aku maksud dalam tulisan ini agar tidak pernah membaca ini.
Aduh sepertinya aku sudah mulai kehabisan akal-akalan untuk membuat lanjutannya. Oh, begini saja jika ada seseorang diantara kalian yang merasa mencintaiku, tulislah lanjutan dari potongan tulisan kurang berguna ini. Jangan bertanya dari mana cerita ini bermula sehingga tulisan ini tidak jelas apakah ini potongan cerita atau apalah. Yang jelas dengan kesadaranku, aku merasa dilahirkan untuk menulis tulisan ini, hanya itu. Dan aku segera menulisnya, sebelum lupa.
Begitulah tulisan ini bermula dan akan berakhir, semoga setara dengan kisah Ramayana, Mahabharata, Romeo dan Juliet, Si Kancil, Si Unyil, Si Kabayan, Si Jagur, Si Luman atau cerita apapun itu yang menurut pembaca bagus. Seperti para penulis-penulis kebanyakan yang biasanya mengharapkan saran dan kritik untuk menambahkan dan mengoreksi kesalahan2 dalam tulisannya. Maka saya tidak perlu saran dan kritik, karena itu tidak akan banyak berguna. Seperti tulisan ini tidak banyak berguna bagi pembacanya. Jadi saya sarankan jangan membacanya, jikapun sudah terlanjur membacanya maka itu salah sendiri jika anda tidak bisa menghentikan membaca sampai selesai dan tidak bisa berhenti memikirkan amanat yang terkandung dalam tulisan ini, itupun jika tulisan ini mempunyai amanat.
Terima kasih karena telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun tulisan ini bukan untuk anda.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun tulisan ini setara dengan tulisan2 semacam Ramayana, Romeo Juliet, Kancil dan Babi, Si Luman Si Tomang.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun anda telah menjadi pacarnya.
Terima kasih telah berasedia membaca tulisan ini, walaupun anda mencintai saya.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun saya sekarang tidak lagi mencintai anda.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun anda heran, apakah ada kisah antara kancil dan babi?
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun saya sudah melarang anda membacanya.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun secara jujur kau tak tergantikan.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun badai menghadang.
Terima kasih telah bersedia membaca tulisan ini, walaupun sambil duduk atau berdiri.
Terima kasih kepada Bang Jali yang sudah memberizin menuliskan semua ini.
Turut mengundang segenap teman-teman untuk sejenak menghentikan upacara keduniaan dan merenungi keberadaan kita di dunia, yang entah ada atau tidak.
Saya kira kalimat terakhir tadi bisa mengakhiri panjang tulisan ini. Selanjutnya jalan cerita saya serahkan kepada orang yang bisa membaca dan menulis.
Terima kasih, setidaknya aku pernah mencintai manusia lain selain keluarga. Setidaknya aku berbahagia masih disebut dengan sebutan manusia.
Lalu sang kancil memerankan perannya sebagai seekor babi hutan yang rakus, kotor, dan selalu berkubang. Sang kancil kemudian melompati pagar makan tanaman Pak Tani, tetapi Pak Tani tidak marah melainkan murka melihat penulis menghadirkan dirinya dalam tulisannya.