Rakyat kecil pada rebutan lapak kaki limanya di jalan-jalan raya sampai pasar karena saking ga sempitnya lapak untuk penjualan, dan bukan hanya kaki lima aja yang berebut lapak tapi para artis yang sudah mapan juga pada rebutin lapak untuk menjadi anggota dewan, Gubernur, Bupati, tapi kalo jadi ketua RT kayanya ga pada minat kali. Seperti yang digambarkan di dalam film "KENTUT", banyak sekali sindiran-sindiran yang menghujat terhadap pemerintahan kita tentang budaya korupsi, kolusi, nepotisme, dan lain sebagainya. Sangat kompleks banget sumpah bos! Hanya bermodal tenar lewat televisi tetapi bisa menjadi pejabat, jangan-jangan Indonesia mau dibuat fim documenter yang mengisahkan negeri makmur, adil, sejahterah, aman, tentram sentosa, namun di dalam cerita filmnya itu menggambarkan tentang Negara yang serba tanggung, gak jelas, hukum diselewengkan, keadilan yang hanya di negeri dongeng, saling berebut kekuasaan untuk memperkaya diri, menjalin hubungan dengan pihak asing untuk mengorbankan sumber daya alam dan manusia negaranya, dan lain-lain deh!.
Track record yang menjadi bahan untuk menimbang dan memutuskan untuk memilih orang yang mencalonkan diri untuk menjadi pemimpin adalah sebuah keharusan pada setiap masyarakat Indonesia, jangan sampai masyarakat kita tertipu dengan peran yang dimainkan di dalam sebuah film, karena film hanya karangan fiksi belaka yang ga terjadi di dalam kehidupan Negara kita yang carut marut ini. Apalagi yang salah kaprah jika politik dijadikan ajang untuk mencari kekayaan, waduh... ini sudah melenceng dari idealisme seorang politikus nih! Yang sangat menjengkelkan kan permasalahan perubahan paradigma bahwa jika ingin mencari kekayaan jadi politkus, ini kan yang membuat semakin merebaknya kasus korupsi dan pernah habis-habis, kalau ingin kaya jadi pengusaha BUNG!.
Pantas saja permasalahan sosial dinegara kita begitu ruwed dan semrawutnya, karena ya itu tadi lapaknya pedagang kaki lima diserobot sama rumah singgahnya pekerja sex komersial, tanah yang dikhususkan untuk daerah penghijauan dibangun gedung-gedung yang tinggi, harusnya pejabat yang menjabat sebagai pemerintah adalah orang-orang yang didesain khusus menjadi politikus malah para artis yang membintangi film. Harusnya kan ga seperti ini coy! Kalaulah memang negeri ini didesain untuk kepentingan masyarakat agar sejahterah ya garap aja sumber daya alam yang melimpah ini, contohnya kita berdayakan para petani kita untuk menggarap sawah agar menghasilkan lumbung padi dan bila perlu garap di sector perikanan dan kelautan, kan Negara kita Negara kepulauan terbesar di dunia. Jangan sampai beras impor, ikan impor, bahkan sampai garam pun kita impor katanya.
Beginilah istilahnya jika politik yang dijadikan lahan profit sampai-sampai pejabat sibuk mencari proyek Negara untuk kemudian dikorupsi secara berjamaah, makanya KPK sampai kebingungan untuk menyelesaikan kasus korupsi yang jumlahnya banyak tersebut, denger-denger sih ketua KPK yaitu Bapak Abraham Samad udah ngeluarin keberaniannya mengungkapkan untuk mengundurkan diri jika ada UU tentang kewenanangan KPK ada yang dihapuskan. Inilah yang seharusnya dimiliki oleh seorang pemimpin untuk berani mengundurkan diri jika sudah ga sanggup lagi memimpin institusi atau negaranya, bukannya malah mempertahankan diri untuk tetap berada di kursi kekuasaan yang ujung-ujungnya korupsi besar-besaran.
Paradigma yang telah merasuk sendi pemikiran para calon pemimpin untuk mencari keuntungan sebesar-besarnya telah menjadi problema tersendiri mengingat orientasinya seorang pemimpin itu harusnya mensejahterahkan masyarakatnya atau memajukan negaranya bukannya Negara dijadikan ladang bisnis." TOLONG PAK! NEGARA KITA BUKAN KUE BOLU", dimana hanya orang-orang tertentu aja yang bisa nikmatin!