Maraknya judi online di kalangan wakil rakyat merupakan bukti kegagalan sistem dalam mencegah perilaku maksiat. Jika wakil rakyatnya saja banyak yang terjebak judi online, lalu bagaimana dengan rakyatnya?
Kemaksiatan Semakin Merata
Fakta maraknya judi online di kalangan DPR dan DPRD menunjukkan bahwa judi online yang merupakan salah satu bentuk kemaksiatan telah semakin merata 'menyerang' semua lini masyarakat.
Selain menjangkiti wakil rakyat, judi online di kalangan masyarakat umum tak kalah mengerikan. Pimpinan Satgas Pemberantasan Judol Hadi Tjahjanto menyebut bahwa provinsi dengan pelaku judol terbanyak adalah Jawa Barat dengan jumlah pelaku sebanyak 535.644 dengan nilai transaksi mencapai Rp3,8 Triliun.
Fakta mencengangkan lainnya yang diungkap Hadi Tjahjanto adalah 80 ribu pemain judi online di Indonesia terdeteksi berusia di bawah 10 tahun! Angka ini merupakan 2% dari pemain judi online di Indonesia.
Judi online merupakan satu bentuk kemaksiatan sekaligus penyakit sosial masyarakat. Sudah terbukti, judi online menyebabkan kesengsaraan dan kerusakan, baik dalam hal finansial, gangguan psikis atau mental, kecanduan, kriminalitas, bahkan hilangnya nyawa. Masih ingat kasus seorang polwan membakar suaminya yang juga merupakan seorang polisi? Penyebab aksi tersebut pun ditengarai oleh sang suami yang kecanduan judi online. Kasus ini menunjukkan betapa bahayanya dampak judi online di tengah masyarakat.
Akibat Sistem Toxic
Sebenarnya, larangan berjudi telah disebutkan belasan abad lalu dan termaktub dalam Al Quran QS al-Maidah ayat 90 dan 91 yang artinya:
"Wahai orang-orang yang beriman, sesungguhnya minuman keras, berjudi, (berkurban untuk) berhala, dan mengundi nasib dengan anak panah adalah perbuatan keji dan termasuk perbuatan setan maka jauhilah (perbuatan-perbuatan) itu agar kamu beruntung. Dengan minuman keras dan judi itu, setan hanyalah bermaksud menimbulkan permusuhan dan kebencian di antara kamu dan menghalang-halangi kamu dari mengingat Allah dan melaksanakan salat maka tidakkah kamu mau berhenti?"
Namun, meski telah termaktub dalam kitab suci, judi online tak terelakan marak di negeri dengan mayoritas muslim ini. Mengapa? Sebab judi online bukan persoalan individu yang bisa diselesaikan hanya dengan edukasi.Â