Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Indonesia Butuh Manusia (Minimal) Setingkat Nabi

9 Maret 2012   04:47 Diperbarui: 25 Juni 2015   08:19 266 0
Alfatehah untukmu Cak. Sungkem, sungkem, sungkem. Betapa kamu sungguh berani secara vulgar menelanjangi hati dan pikiranmu sendiri melalui teatermu ini, keresahan. Dialog-dialog di dalam hatimu yang tersaji dalam pertunjukkan ini sungguh menyesakkan dadaku. Kepingan-kepingan hatimu menelusup merayap melalui pori-pori kemudian hinggap dalam hati dan kepalaku. Kau membelah dirimu sendiri ke dalam kepingan-kepingan. Mengurai apa-apa saja yang memang ingin kau urai. Keresahan, kegembiran, harapan. Lalu mengajak kami yang duduk menyimak untuk merangkaikan kembali bersama-sama, satu tujuan, kepada siapa lagi kalau bukan kepada DIA yang GANJIL sekaligus GENAP. Aku berguru pada kelemahanmu. Kelemahanmu yang paling nyata kulihat adalah kelembutanmu, sekaligus kemarahanmu atas amarahmu sendiri, kesungguhan  cintamu pada DIA yang SATU, MAHA. Bagaimana  mungkin aku yang menyimak tidak ikut  tersengat? Mengapa aku sebut itu semua sebagai kelemahanmu? Karena atas semua itu, hatimu terus-terusan berkecamuk, menunjukkan sisi dirimu yang naif. berdialog yang tak berkesudahan hingga ajal menjemput. Keresahanmu,  terbingkai jelas lewat karya-karyamu. Dengan lantang aku bisa pastikan, semua itu adalah caramu  me-nihil-kan dirimu sendiri. Nabi Darurat, Rasul Ad Hoc, begitukah yang engkau ingin menggambarkannya? Meruwat semua kebobrokan kebusukkan kerusakan  manusia, yang terjadi di bumi pada dekade ini? Siapakan ia?  Manusia setengah dewa-kah? Dan atas semua niat itu, terjerembabkah kamu kedalam KEHENDAKmu itu? Mengikuti nafsumu? Sisimu yang WARAS  lantang menjawab TIDAK. Sisimu yang waras sedang memicingkan mata meng-olok-olok menghinakan sisi  dirimu yang penuh  ingin namun lugu, naif. Dan siapa yang paling amat pantas menghinakan seseorang? Sesorang itu sendiri, diri sendiri. Kamu sedang berada pada frekuensi itu. Dan kamu melakukan itu semua atas kesadaranmu yang teramat sadar. Menelanjangi diri atas dasar CINTA kepada yang MAHA dengan segenap hati. Sungkem untukmu Cak. Alirkan, alirkan terus kesadaranmu atas pertanyaan-pertanyaan, keresahan-keresahan kemanusiaan. Keresahamu adalah keresahan kita semua, manusia yang sejatinya hanya akan kembali dan menuju kepadaNYA.
KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun